Kala itu aku menyanyi bahagia
Bernyanyi penuh suka cita
Dan aku bergembira
Mencari sahabat yang akan
menemaniku sepanjang masa
Di suatu kota yang sangat ramai
penduduknya, ada satu rumah yang tak berpenghuni. Rumah itu kosong
sejak beberapa bulan yang lalu karena penghuninya menjual rumah
tersebut karena alasan tersembunyi. Di sana sepi, dan gelap. Tapi
bersih karena memang ada penjaganya.
Pada suatu hari, ada sebuah keluarga
yang hendak mencari tempat tinggal. Dan mereka menemukan rumah
tersebut. Keluarga tersebut beranggotakan Ayah dan Ibu yang masih
cukup muda. Dan seorang anak perempuan bernama Olive yang usianya 8
tahun. Begitu masih kecil.
Sang Ayah bertanya pada pak penjaga.
Ayah : “Permisi, Bapak. Rumah ini
dijual ?”
Pak penjaga : “Oh, iya. Rumah ini
dijual. Bapak sekeluarga mau menempati rumah ini ?”
Ayah : “Sebenarnya kami mau mencari
kontrakan, Pak. Tapi kami ga' menemukan.”
Pak penjaga : “Tempati saja dulu
rumah ini. Masalah pembayaran itu belakangan. Anak Bapak
kelihatannya sudah lelah.” ( sambil tersenyum kepada anak yang
tampak cape itu ).
Olive : “Iya, aku cape, Yah.”
Ibu : “Tempati saja dulu, Yah.
Kasihan Olive.”
Ayah : “Ya sudah, kami mau menempati
rumah ini Pak. Lalu pembayarannya ?”
Pak penjaga : “Masalah itu belakangan
saja, Pak. Sehari ini Anda boleh menempatinya dulu. Besok pagi
saya ke sini. Mari saya antar.”
Akhirnya keluarga itu menempati rumah
kosong tersebut. Di dalam benar-benar seperti istana. Maklum saja,
rumah itu besar, bertingkat, dan bersih. Tapi ada satu ruangan yang
tidak boleh dimasuki oleh siapapun. Jika ada yang masuk, maka ia akan
celaka. Bahkan Pak penjaga juga dilarang memasukinya.
Ayah : “Jadi kami juga dilarang
memasuki ruangan itu, Pak ?”
Pak penjaga : “Saya saja ga' boleh
apalagi Bapak. Jangan coba-coba, Pak.”
Ayah : “Baik, Pak.”
Pak penjaga : “Jaga anak Bapak
baik-baik. Saya pulang dulu. Jika ada apa-apa cari saya. Rumah saya
ada di belakang rumah ini.”
Ayah : “Baik. Terimakasih.” (
menjabat tangan pak penjaga dan kemudian pergi ).
Olive : “Ayah, aku mau main.”
Ibu : “Olive, tadi kamu katanya
cape. Kok mau main ?”
Olive : “Aku dapet temen baru, Yah,
Bu. Aku mau main sama dia.”
Ayah dan Ibu kaget. Apa yang
dibicarakan anak satu-satunya itu. Teman baru. Benar saja. Olive
mendapatkan teman baru yang bernama Leni. Anak perempuan yang usianya
sama dengan Olive. Tapi orangtua Olive tidak tahu siapa Leni itu.
Karena memang hanya Olive yang bisa melihat Leni.
Leni, adalah anak pemilik rumah itu.
Suatu hari terjadi hal yang tidak diinginkan oleh keluarga Leni.
Ketika mereka bertamasya ke sebuah tempat wisata di dekat danau,
ketika Leni sedang bernyanyi, tiba-tiba saja Leni terjatuh dan
tenggelam. Dia belum bisa berenang karena masih kecil. Beberapa menit
setelah Leni tenggelam, Papa Leni mencoba menyelamatkan anaknya. Dia
menceburkan diri di danau, tapi dia tidak menemukan Leni. Padahal
danau itu tidak ada buaya atau hewan buas lainnya. Dan Leni pun
dinyatakan tewas. Keluarga Leni memilih untuk menjual rumah itu
karena banyak kenangan terjadi di rumah itu. Semenjak sepeninggal
Leni, sang Mama menangis setiap hari. Kini Leni kembali ke rumah itu
untuk mencari orangtuanya. Tapi tak pernah ia temukan. Dan kini Leni
menemukan teman baru, yaitu Olive. Tapi karena Olive adalah manusia,
Leni mencoba membunuh Olive agar menjadi seperti Leni agar bisa
bermain terus.
Satu bulan berlalu. Ketika Ayah Olive
bekerja, Olive bermain sendiri, karena sang Ibu sedang sibuk memasak.
Olive bermain bola pantul. Ketika Olive memainkan bola pantul, bola
itu memantul dan masuk ke ruangan terlarang itu. Entah kenapa pintu
itu terbuka. Karena Olive belum tahu apa-apa, Olive pun masuk. Dan
seketika itu pintu terkunci. Ibu yang telah selesai memasak pun
mencari Olive. Tapi Olive tak juga ketemu. Tiba-tiba terdengar suara
orang menggedor-gedor pintu. Ibu mencari suara tersebut, dan
menemukannya. Dari dalam ruangan terlarang itu. Suara Olive memanggil
ibunya.
Olive : “Ibu !! Ibu !!! Tolong !!!”
Ibu : “Olive !!!”
Begitu hingga pak penjaga datang
karena ia mendengar suara ribut Olive dan Ibunya.
Pak penjaga : “Permisi, Bu. Ada apa
ini ?” ( pak penjaga panik ).
Ibu : “Anak saya masuk ke sini,
Pak.” ( ibu juga panik ).
Pak penjaga : “Tunggu, saya dobrak.”
Pak penjaga yang sudah tua itu hendak
mendobrak pintu itu. Beberapa kali ia coba, dan akhirnya berhasil.
Olive memeluk ibunya dengan sangat erat karena takut. Entah apa yang
terjadi pada Olive. Tangannya berdarah.
Beberapa jam kemudian, pak penjaga
membenahi pintu itu. Dan luka Olive sudah dibalut.
Pak penjaga : “Kenapa kamu bisa masuk
ke dalam, Nak.”
Olive : “Aku ga' tahu paman. Tadi
aku mau mengambil bola yang masuk di dalam.”
Ibu : “Bola ?”
Olive : “Iya, Bu. Bola pantulku.”
Pak penjaga : “Kok bisa masuk, ya,
Bu. Padahal pintu ini sudah terkunci.”
Ibu : “Saya juga ga' tahu, Pak.”
Pak penjaga : “Nak Olive, jangan main
dekat pintu itu, ya. Kalau mau main ajak ibu.”
Olive : “Iya, paman.”
Olive yang masih dipangkuan ibunya
hanya melihat ke arah pintu itu. Dia melihat Leni dengan rambut
panjang terurainya sedih. Lalu menghilang.
Olive : “Bu, tadi dia di sana.” (
menunjuk ke arah pintu ).
Ibu : “Dia siapa, Olive ?”
Olive : “Leni. Teman baru Olive.”
Ibu : “Di mana Olive ?” ( ibu
penasaran ).
Olive : “Di sana. Aku takut, Bu.”
Pak penjaga : “Anak itu.”
Ibu : “Anak siapa, pak ?”
Pak penjaga : “Akan saya ceritakan,
tapi tidurkan dulu Olive, Bu.”
Ibu : “Olive, sini. Ibu peluk kamu.
Tapi kamu tidur, ya.”
Olive : “Baik, bu.”
Tak beberapa lama kemudia Olive
tertidur, dan pak penjaga mulain menceritakan semua kronologi
kejadiannya.
Pak penjaga : “Ada sekeluarga yang
tinggal di sini, memliki satu anak perempuan, yang cantik, dan
manis. Sama seperti Olive, dan umurnya juga sama. Namun sayang,
ketika keluarga itu bertamasya, anak itu tenggelam di danau
dekat mereka tamasya. Saya juga pernah dihantui anak itu, dia
mencari keluarganya. Tapi dia ga' mau menemuinya, karena anak
itu mengira orangtuanya ga' sempat menolongnya. Dan anak itu mulai
menghantui siapa saja. Maafkan saya, bu, karena ga' bilang
sebelumnya.”
Ibu : “Ga' apa-apa, Pak. Mungkin
saya bisa membantu anak itu.”
Pak penjaga : “Saya sarankan jangan
mengusik anak itu, Bu. Biarkan dia.”
Ibu : “Tapi Olive bisa terluka,
Pak.”
Pak penjaga : “Lebih baik kita hubungi dulu orangtuanya.”
Pak penjaga : “Lebih baik kita hubungi dulu orangtuanya.”
Keesokan harinya, ketika Olive hendak
jalan-jalan sendiri, tiba-tiba Leni muncul. Dia ingin bermain dengan
Olive. Tapi Olive merasa ketakutan, dan akhirnya masuk ke dalam rumah
dan memeluk ibunya.
Olive : “Ibu.” ( menangis )
Ibu : “Ada apa sayang ??”
Olive : “Ada temanku itu lagi. Tapi
aku takut, Bu.”
Ibu : “Di mana ?”
Olive : “Di dekat semak-semak.”
Ibu : “Hmmm, tenang sayang. Ada ibu di sini Sekarang kamu mandi dulu.”
Ibu : “Di mana ?”
Olive : “Di dekat semak-semak.”
Ibu : “Hmmm, tenang sayang. Ada ibu di sini Sekarang kamu mandi dulu.”
Olive : “Ya, ibu.”
Lalu Olive pun mandi. Ketika dia
menyalakan kran, tiba-tiba ada bayangan Leni di sampingnya. Ketika
dia menoleh, tak ada Leni. Dan ketika dia mengarah ke air, tiba-tiba
kepalanya ditarik menuju dalam bak yang telah terisi air hingga penuh
itu. Tapi dia tak bisa berteriak minta tolong. Dan air semakin
banyak, hingga keluar. Sang ibu yang mengetahui ada air lalu menuju
arah air tersebut. Didapatinya, dan membuka pintu. Ada Olive yang
telah terbujur kaku. Olive meninggal. Ibu histeris. Pak penjaga dan
Ayah Olive yang baru pulang kerja pun langsung menuju ke kamar mandi.
Ayah : “Ibu, ada apa ??!! Olive
kenapa !!?” ( panik ).
Ibu : “Ayah... Olive, Yah. Olive
!!!!”
Pak penjaga : “Innalilahi
wainnaillaihi rojiun.”
Ayah : “Anak saya kenapa, Pak !!?”
Pak penjaga : “Dia meninggal, Pak.”
Ayah : “Anak saya kenapa, Pak !!?”
Pak penjaga : “Dia meninggal, Pak.”
Ibu : “Pak, sebaiknya kita harus
mencari orangtua anak itu!!”
Pak penjaga : “Baiklah. Mari ikut
saya.”
Mereka menuju rumah orangtua Leni yang
jaraknya cukup jauh. Jalanan yang tak mendukung, serta banyak
pepohonan yang menghalang. Maklum saja, orangtua Leni dari pedesaan.
Sekitar 2 jam perjalanan, tiba juga di
kediaman orangtua Leni.
Pak penjaga : “Permisi, Pak.” (
mengetuk pintu ).
Ayah Leni : ( membuka pintu ) “Eh,
Bapak. Ada apa, Pak?”
Pak penjaga : “Perkenalkan dulu, ini
orangtua Olive.”
Ayah Leni : “Olive ?? Siapa itu, Pak
?”
Pak penjaga menceritakan semua kejadia
yang dialami Olive sekeluarga. Orangtua Olive menyarankan agar mereka
mendatangi danau yang membuat Leni meninggal untuk meminta maaf
kepada Leni. Orangtua Leni sempat menolak, karena mereka berniat
ingin menghapus masa lalu yang tak mengenakkan itu, tapi demi
kemanusiaan, akhirnya mereka mau. Apalagi, ini sudah menyangkut
nyawa. Mereka menuju danau keesokan harinya.
Tiba di danau.
Ayah Leni : “Leni sayang... Maafkan
Ayah dan Ibu, ya, Nak. Ayah ga' sempat menyelamatkan kamu.
Maafkan Ayah.”
Ibu : “Maafkan Ibu juga, Leni. Ibu
yang mengajak kamu untuk bernyanyi di tepi danau.”
Tiba-tiba arwah Leni dan Olive muncul
dari dalam danau. Leni dan Olive bergandengan tangan. Dan Leni mulai
marah.
Leni : “Kenepa kalian ga' langsung
menyelamatkan aku !!? Kenapa kalian hanya berteriak minta
tolong !! Aku tenggelam !! Aku ga' bisa berenang !!”
Ibu Leni : “Maafkan kami, sayang.”
Leni : “Itu ga' penting, Yah, Bu.
Maaf kalian terlambat. Kenapa kalian ga' meminta maaf dulu.
Kenapa baru sekarang, itupun karena suruhan orangtua Olive !!”
Ayah Leni : “Kami ga' tahu kalau kamu
mencari ayah dan ibu, Leni.”
Leni : “Terlambat. Aku sudah punya teman. Aku sudah bahagia !!”
Leni : “Terlambat. Aku sudah punya teman. Aku sudah bahagia !!”
Leni dan Olive pun menghilang. Ibu
Olive dan Ibu Leni menangis. Mereka menyesal, tak menjaga anaknya
dengan baik-baik. Olive dan Leni pun akhirnya bahagia di alam yang
berbeda. Bermain penuh suka cita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar