Gaara Transforms Into Tree Stump - Naruto

Rabu, 19 Desember 2012

# KISAH CINTA SISI #

Sisi, cewek yang satu ini gampang banget jatuh cinta. Dia termasuk cewek yang pemalu, tapi juga kadang narsisnya ga' ketulungan. Walaupun begitu sekalipun dia belum pernah pacaran.
Pada suatu hari, ketika di kelasnya kedatangan siswa baru bernama Dio, cowok cakep, tajir, dan ternyata sangat pintar ini membius hati Sisi. Padahal sebelmunya dia menyukai Yasa.

Ibu guru : “Anak-anak, hari ini kalian memiliki teman baru. Silahkan perkenalkan diri.”
Dio : “Hai, nama saya Dio Satyawardana. Panggil saja Dio. Salam kenal.”
Siswa : “Salam kenal !!!”
Sisi : “Hai Dio. Sini duduk dekat aku.”
Siswa : “Huuuu !!!” ( menyoraki Sisi )
Ibu guru : “Dio, kamu duduk di depan yang bicara tadi ya. Namanya Sisi.”
Dio : “Terimakasih, bu.”

Perlahan namun pasti Dio berjalan menuju kursi yang ditunjukkan ibu guru tadi. Dan ketika itu pula Sisi membayangkan Dio bak Pangeran yang hendak menjemput Putri. Dan ketika Dio memanggil Sisi, Sisipun tersadar akan lamunannya.

Dio : “Hai, Sisi.”
Sisi : “Ehh, Dio. Hay juga.” ( Tersenyum manis )

Ting tong ting tong... Tong ting ting tooong... Bel pulang sekolah berbunyi. Anak-anak berhamburan keluar kelas. Sengaja Sisi menunggu Dio, karena beberapa jam sebelumnya Sisi mengajak pulang bareng, dan Dio mengiyakannya karena memang mereka sejalur. Tapi beberapa lama ditunggunya Dio tak muncul juga. Tiba-tiba ada ada Yasa menghampiri Sisi.

Yasa : “Si, nunggu siapa kok belum pulang ?”
Sisi : ( Gelagapan, karena salting ) “Eh, Yasa. Ga' kok, lagi nunggu Devi.”
Yasa : “Devi bukannya sudah pulang daritadi ?”
Sisi : “Benarkah ?? Wah, dasar dia.”
Yasa : “Kalau begitu pulang bareng aku saja?”
Sisi : ( Karena masih ada perasaan suka, tanpa ragu Sisi mau ) “Ya, boleh. Kebetulan.”
Yasa : “Ya sudah. Ayok.”

Tak berapa lama setelah itu, Dio muncul. Tapi dicarinya Sisi tak ketemu juga, apalagi mereka belum bertukar nomor telpon.
Tiba di rumah, ada Hani temannya datang hendak belajar bersama. Sisi menceritakan semua apa yang dirasakannya.

Sisi : “Jadi begitu, Han. Kenapa sih, aku tercipta seperti ini.”
Hani : “Sebaiknya kamu harus menahan dirimu. Menahan hatimu.”
Sisi : “Susah, Han. Kamu tahu sendiri aku gimana kan ? Kita sudah sama-sama terus sejak SMP, harusnya kamu tahu aku.” ( Sambil nulis ga' jelas ).
Hani : “Iya. Aku tahu kamu. Dulu kamu pernah suka sama Didi anak klimis itu, kan ? Sekarang dia keren lho. Mau tahu dia SMA di mana ga ?”
Sisi : “Ah, aku sudah ga' peduli dengan Didi. Selain itu dia kan memang sombong kan ?”
Hani : “Ya ya, benar apa katamu. Jadi sekarang kamu gimana ?”
Sisi : “Aku bingung. Sukaku ke Yasa sebenarnnya lebih besar daripada ke Dio. Sepertinya juga Yasa lebih perhatian kepadaku ketimbang Dio.”
Hani : “Jelas saja. Kamu dan Dio kan baru kenal. Dio juga belum tahu siapa kamu kan ?”
Sisi : “Ya benar juga sih. Tapiiii.... Bingung, Han.”
Hani : “Apa perlu bantuanku ? Sekarang, yang paliiiiiiiing paling kamu suka siapa ?”
Sisi : “Yasa, Dio, Yasa, Dio... Aaahhh !!”
Hani : “Kusarankan Yasa. Kamu baru kenal dengan Dio. Belum tahu siapa Dio itu kan ?”
Sisi : “Kupikirkan dulu, ya, Han.”

Keesokan harinya di sekolah. Ternyata Dio sudah ada di kelas ketika Sisi baru saja sampai di sekolah. Sisi meyapa Dio yang sedang membaca komik itu.

Sisi : “Hay, Dio. Pagi sekali kamu datang.”
Dio : “Iya. Aku kan mau menyambutmu, Si.”
Sisi : ( Melayang ) “Ah, kamu bisa saja. Eh, baca komik ya ?”
Dio : “Iya. Kamu suka komik juga ?”
Sisi : “Aku lebih suka majalah sih sebenarnya.”
Dio : “Ya maklum saja. Kamu kan cewek. Hehhe.”
Sisi : “Kemarin kamu lama banget. Kemana saja sih.”
Dio : “Oh, maaf ya. Kemarin aku ke toilet. Kebelet pipis.”
Sisi : “Kalau begitu, aku minta omor hp-mu saja biar kalau ada apa-apa aku bisa menghubungimu.”
Dio : “Ya, boleh saja. Catet, ya.”

Tiba-tiba Yasa datang. Untung saja Sisi sudah mencatat dengan cepat nomor hp Dio.

Yasa : “Hay, Si. Hay, Dio.”
Sisi : “Hay juga, Yas.”
Yasa : “Wach, berduaan saja. Maaf ya mengganggu.”
Sisi : ( Cemberut, tapi memang Yasa belum tahu perasaan Sisi ) “Ga' apa-apa kok, Yas.”
Yasa : “Kamu sudah makan belum, Si ? Kalau belum ayok makan bareng aku.”
Sisi : “Tapi kan aku lagi sama Dio.”
Dio : “Ga' apa-apa kok, Si. Tadi aku juga sudah makan. Sana, makan dulu, nanti pingsang lho pas pelajaran.”
Sisi : “Mmm... Ya sudah, aku tinggal ya, Dio.”
Yasa : “Pergi dulu, ya, Dio.” ( Pergi ke kantin bersama Sisi )
Dio : “Iya. Ternyata Yasa yang lebih penting, ya ?”

Tiba di kantin, Yasa memesankan makanan untuk Sisi. Yasa memang perhatian, tapi apakah Yasa juga menyukai Sisi. Makanan sudah siap. Sisi pun ingin bertanya.

Sisi : “Yas ?”
Yasa : “Ya, apa, Si ?”
Sisi : “Kamu perhatian sekali ya denganku ?”
Yasa : “Kita kan teman, Si. Harus saling membantu.”
Sisi : “Tapi perhatianmu ke aku lebay, Yas!”
Yasa : ( Tercengang, kemudian tertawa ). “Hahahha... Kamu ini ada-ada saja. Makan dulu, Si. Nanti keburu masuk.”

Merasa kesal dengan sikap Yasa, Sisi pergi meninggalkan Yasa yang sedang asyik makan itu. Yasa bergumam sendiri.

Yasa : “Ada apa dengannya ya ? Kenapa dia begitu ? Sebenarnya aku merasa aneh dengan sikap dia. Dulu dia juga lebay perhatiannya kepadaku. Tiap hari dia suka sms aku, suka ngucapin pagi, malem ke aku. Apakah dia suka ya denganku ?”

Bel masuk berbunyi. Anak-anak mulai dengan pelajaran Fisika. Ya, pelajaran yang paling disukai oleh Sisi. Ibu Ratna adalah guru Fisikanya dan yang jelas sudah hafal sekali dengan Sisi. Karena Sisi pernah menang juara kedua lomba Fisika tingakat provinsi.

Ibu Ratna : “Sisi, silahkan maju ke depan.”
Sisi : ( Tampak lesu ) “Iya, Bu.”
Ibu Ratna : “Kamu kenapa, Si ? Kok lemes begitu ? Kalau sakit ke UKS saja.”
Sisi : “Iya, bu. Sepertinya saya sakit. Saya ijin ke UKS ya, Bu.”
Yasa : “Saya antar Sisi ya, Bu ?”
Ibu Ratna : “Iya. Sana.”

Yasa mengantarkan Sisi ke UKS. Di sana Yasa ingin bertanya pada Sisi kenapa sikapnya aneh seperti tadi.

Yasa : “Si.”
Sisi : “Apa, Yas ?”
Yasa : “Kenapa kamu tadi pergi meninggalkanku di kantin ?”
Sisi : “Tiba-tiba saja aku kenyang.”
Yasa : “Aku mau bicara sama kamu, Si.”
Sisi : “Apa ?”
Yasa : “Bagaimana perasaanmu ke aku ?”
Sisi : “Apa maksudmu bicara begitu ?”
Yasa : “Jawab saja. Aku sudah tahu, tapi aku hanya memastikan saja.”
Sisi : “Huft... Sejujurnya, aku suka denganmu, Yas. Cuma, itu dulu. Tapi terkadang aku memikirkanmu, terkadang aku merindukanmu. Seharusnya aku ga' begini. Hatiku mudah untuk jatuh cinta. Selama ini aku merahasiakannya padamu. Aku tahu, aku ga' pantas untukmu. Dan banyak hal yang membuat kita ga' bisa bersatu. Aku perhatian padamu, karena aku cinta sama kamu. Aku hanya ga' ingin kehilanganmu. Kamu orang yang baik, jika aku denganmu aku takut menyakitimu. Tapi kamu mungkin ga' suka denganku.”
Yasa : “Si, kamu ga' tahu saja perasaanku. Sebenarnya aku lebih suka kita bersahabat. Apakah perhatianku lebay dan membuatmu gerah ?”
Sisi : “Tidak. Aku hanya … aku hanya jatuh cinta kepadamu, Yas.” ( Memeluk Yasa dan menangis tersedu-sedu ).
Yasa : ( Memeluk erat Sisi juga ). “Kau tahu ? Setiap malam aku selalu memimpikanmu, aku juga merindukanmu, tapi maaf ya, Si, aku suka padamu hanya sebatas teman.”
Sisi : ( Pelukannya lebih erat ). “Aku tahu, aku tahu kamu akan bicara seperti ini. Tapi setidaknya aku sudah mengatakan apa yang ada di pikiran dan hatiku.”
Yasa : “Ya. Kita bahkan ga' pernah berpelukan sekuat ini, Si.”
Sisi : “Kalau aku sudah mengatakan seperti ini, aku harap kamu ga' akan pergi meninggalkanku, aku harap kita masih berteman, Yas.”
Yasa : “Kita pasti berteman selama-lamanya. Aku ga' akan pernah meninggalkanmu. Aku akan selalu ada buatmu, Si. Aku janji.”
Sisi : ( Melepaskan pelukannya ) “Makasih, ya, Yas. Aku sudah lega rasanya.”


Yasa tercengang melihat airmata Sisi yang telah membasahi wajahnya itu. Dihapuskannya airmata Sisi, tak sengaja matanya menatap ke arah bibir Sisi yang mungil dan merah itu akibat tangisan Sisi. Merah merona, mungil dan yang pasti indah. Dengan pelan-pelan Yasa hendak mencium untuk menghangatkan Sisi. Bibir mereka kian dekat, bahkan semakin dekat. Sisi yang tahu maksud Yasapun memejamkan matanya. Dan akhirnya merekapun berciuman.

Keesokan harinya, pas jam istirahat Sisi dan Yasa duduk di taman .

Sisi : “Mmm, Yasa.”
Yasa : “Ya, Si ? Ada apa ?”
Sisi : “Tadi malam aku memimpikanmu lagi.”
Yasa : “Yang benar ? Aku juga, Si. Mmm, efek di UKS kemarin apa, ya ? Hehhe.”
Sisi : “Ah, kamu ini. Mmm, tapi sejujurnya aku senang, Yas, di UKS kemarin. ( Malu, membalikkan badannya membelakangi Yasa ).
Yasa : ( Membalikkan badan Sisi menghadapkannya ke dirinya ) “Si, maaf ya, aku telah mencuri ciuman itu. Seharusnya ciuman itu kan untuk orang yang benar-benar kamu suka. Maafkan aku”
Sisi : “Ga' apa-apa, Yas. Kan aku juga suka denganmu.”

Tiba-tiba Dio datang bersama dengan Hani. Mereka mencari Sisi. Akhirnya mereka menemukan Sisi dan Yasa berduaan. Dio merasa cemburu.

Hani : “Wach, kalian sudah jadian, ya ?”
Dio : “Kalian jadian ya ??” ( kaget ).
Yasa : “Siapa bilang ? Ga' kok.”
Hani : “Ga' jadian ya, Si ?”
Sisi : “Enggak, kok. Sumpah deh, Han.”
Dio : “Owhh..” ( Lega ) “Tapi kenapa kalian berduaan di sini ?”
Sisi : “Memangnya kenapa, ga' boleh apa ?? Noh, Devi sama Reno juga berduaan.”
Dio : “Si, aku mau ngomong sama kamu berduaan saja, bisa ?”
Yasa : ( Tercengang )
Sisi : “Mmm, ngomong apa ?”
Dio : “Kita berdua saja.”
Sisi : “Ya sudah.”

Sisi dan Dio pergi meninggalkan Yasa dan Hani. Dio ingin mengungkapkan perasaannya kepada Sisi.

Dio : “Kamu benar-benar ga' jadian kan sama Yasa, Si ?”
Sisi : “Enggak, Dio. Aku ga' jadian sama Yasa.”
Dio : “Syukur deh. Aku mau jujur padamu, Si. Kalau sebenarnya aku suka denganmu.”
Sisi : ( Tercengang ) “Hah ??”
Dio : “Aku suka padamu, Si. Mau ga' kamu jadi pacarku ? Aku harap sih kamu mau. Tiap malam aku selalu merindukanmu, Si. Aku mohon terima cintaku.”
Sisi : “Kebetulan, Dio. Sejak kita bertemu aku memang sudah suka denganmu. Tapi karena aku belum tahu lebih dalam tentangmu, aku pendam perasaan ini. Tapi jika aku menerimamu, aku mohon jangan sakiti aku.”
Dio : “Aku janji, Si. Aku sayang padamu. Aku ga' mungkin menyakitimu.”
Yasa : ( Ternyata daritadi nguping ) “Kalau Sisi disakiti, kamu berhadapan denganku, Dio !! Hahhaha !!!”
Hani : “Cieee... Akhirnya Tuhan mengabulkan doamu, Si. Hahah.”
Sisi : “Kalian... Aku jadi malu.”
Yasa : “Kamu kan memang pemalu, Sisi.” ( Mengelus kepala Sisi )
Dio : “Tenang, Yas. Demi apapun, aku ga' akan menyakiti Sisi. Jadi, diterima kan Si ?”
Sisi : ( Dia masih malu, dan akhirnya mengangguk bertanda dia mau menerima Dio ).

Semua senang, tapi ternyata hati Yasa sedikit sakit. Tapi tertutupi oleh candaan mereka. Dan mereka berempat pun akan bersama selamanya.

Tidak ada komentar: