Tokoh
- Raden Putri Roro
- Pangeran
- Raja
- Ratu
- Ibu Tiri
- Ibu peri
- Pak Kasim
- Cantika
- Pengawal Pangeran
- Pengawal Ibu Tiri
Pada suatu hari di sebuah kerajaan,
terdapatlah Pangeran tampan dan gagah perkasa. Namun, di usianya yang
hampir 24 tahun itu, sang Pangeran belum juga memeiliki calon
pendamping hidup. Lalu di buatlah sayembara.
Mendengar sayembara yang dibacakan
pengawal, para gadispun berlomba-lomba mempercantik diri dan datang
menemui Pangeran agar diperistri oleh Pangeran tampan tersebut.
Tak terkecuali Raden Putri Roro.
Sebenarnya dia lahir di keluarga yang derajatnya sama dengan
Pangeran. Tapi ibu tirinya membuangnya. Kini dia bekerja sebagai
gadis penjaga beras milik rakyatnya dulu. Walaupun putri raja,
pemilik toko, Pak Kasim, menganggapnya sebagai rakyat biasa. Malah
dia sering memarahi Roro. Ayah Roro sudah meninggal 2 tahun yang
lalu. Ketika menikah dengan istri barunya, yaitu ibu tiri Roro,
kehidupan Ayahnya berubah drastris. Dan pada suatu hari ibu tiripun
mulai dengan aksinya, yaitu meracuni Ayah Roro. Dan seketika itupun
Ayah Roro meninggal. Ibu tirinya hanya menginginkan harta dari
keluarganya.
Gadis-gadis berbondong-bondong menemui
Pangeran guna mendapatkan simpatik Pangeran. Namun ada beberapa di
antara mereka yang niatnya tak jauh berbeda dengan ibu tiri Roro,
yaitu menginginkan harta. Namun tidak untuk Roro. Dia berniat menemui
Pangeran atas dasar cinta.
Ternyata diam-diam ibu tiri Roro
mencari penyihir sakti untuk mengubahnya menjadi gadis berusia 20
tahun. Memang licik dia. Selama dalam pencarian penyihir, ibu tiri
juga mencari tahu apakah Roro mengikuti sayembara tersebut. Dia takut
jika Roro mengikutinya, sudah pasti Pangeran akan memilih Roro
sebagai istrinya, karena Roro memang terkenal sebagai putri raja yang
cantik. Tetapi karena bekerja di toko beras, wajahnya menjadi kusam
dan pakaiannya lusuh. Namun ada saja yang mengenali Roro karena
kebaikannya.
Tiga hari sejak sayembara dimulai.
Namun, Pangeran belum juga menemukan gadis pujaannya.
Raja : “Anakku, apakah kamu sudah
menemukan gadis yang kamu dambakan?”
Pangeran : “Belum, Ayah. Dari sekian banyak gadis yang datang, aku tahu mereka hanya menginginkan harta kita saja. Dan aku tak suka cara mereka.”
Ratu : “Tapi, Nak. Sudah tiga hari sayembara dibuka. Cobalah untuk terbuka kepada mereka. Tak semua dari mereka yang hanya menginginkan harta. Umurmu hampir 24 tahun.”
Pangeran : “Bu, lebih baik aku tak memiliki istri hingga mati jika niat mereka hanya inginkan harta. Aku tahu, harta mudah dicari, tapi aku tak suka niat mereka. Sudahlah, masih ada empat hari lagi. Aku mau istirahat dulu.”
Pangeran : “Belum, Ayah. Dari sekian banyak gadis yang datang, aku tahu mereka hanya menginginkan harta kita saja. Dan aku tak suka cara mereka.”
Ratu : “Tapi, Nak. Sudah tiga hari sayembara dibuka. Cobalah untuk terbuka kepada mereka. Tak semua dari mereka yang hanya menginginkan harta. Umurmu hampir 24 tahun.”
Pangeran : “Bu, lebih baik aku tak memiliki istri hingga mati jika niat mereka hanya inginkan harta. Aku tahu, harta mudah dicari, tapi aku tak suka niat mereka. Sudahlah, masih ada empat hari lagi. Aku mau istirahat dulu.”
Pangeran masuk ke kamarnya diikuti
pengawal setianya. Dalam istirahatnya, Pangeran bermimpi bertemu
dengan gadis lusuh di hutan. Gadis itu membawa buah-buahan kesukaan
Pangeran. Walaupun lusuh, namun Pangeran melihat kecantikan gadis
itu. Sebenarnya Pangeran memimpikan Roro.
Pangeran : “Hai, putri yang cantik.
Hendak kemanakah kamu ?”
Roro : “Pa... Pa... Pangeran ?” [
Roro terkejut ]
Pangeran : “Apakah kamu ingin
menemuiku?”
Roro : [ Hanya diam, takjub dengan
ketampanan Pangeran ]
Pangeran : “Apakah buah-buahan itu
untukku ? Darimana kamu tahu buah kesukaanku?”
Roro : “Mmm.. Owh ini ? Mmm, iya.
Ini untukmu, Pangeran.”
Roro langsung pergi karena malu.
Pangeranpun terbangun.
Pengawal : “Apa yang terjadi,
Pangeran ?”
Pangeran : “Aku bermimipi, bertemu seorang gadis yang cantik jelita. Dia ada di hutan.”
Pengawal : “Mungkin dialah gadis pujaan yang selama ini Pangeran cari.”
Pangeran : “Aku harap juga begitu, pengawal.”
Pangeran : “Aku bermimipi, bertemu seorang gadis yang cantik jelita. Dia ada di hutan.”
Pengawal : “Mungkin dialah gadis pujaan yang selama ini Pangeran cari.”
Pangeran : “Aku harap juga begitu, pengawal.”
Pangeran menemui orangtuanya. Dia
melihat ada buah-buahan kesukaannya ada di tangan sang Ayah. Lalu dia
bertanya darimana buah-buahan tersebut.
Pangeran : “Ayah, darimana
buah-buahan itu ?”
Raja : “Owh, ini. Ini dari seorang putri yang sangat cantik. Bergaun merah dan didampingi pengawal. Ada apa kamu bertanya begitu, Nak?”
Pangeran : “Tidak. Ayah salah. Buah-buahan itu pemberian gadis lusuh. Tidak bergaun dan tidak didampingi pengawal. Gadis itu lugu, Yah.”
Ratu : “Tapi apa yang dikatakan Ayahmu benar, Nak. Ibu rasa dia cocok untukmu.”
Raja : “Owh, ini. Ini dari seorang putri yang sangat cantik. Bergaun merah dan didampingi pengawal. Ada apa kamu bertanya begitu, Nak?”
Pangeran : “Tidak. Ayah salah. Buah-buahan itu pemberian gadis lusuh. Tidak bergaun dan tidak didampingi pengawal. Gadis itu lugu, Yah.”
Ratu : “Tapi apa yang dikatakan Ayahmu benar, Nak. Ibu rasa dia cocok untukmu.”
Pangeran : “Tidak, Bu. Aku... aku
bermimpi bertemu dengan gadis lusuh di hutan. Aku harus
mencarinya. Pengawal ! Ikut aku !!” [ Keluar ruangan ]
Pengawal : “Baik, Pangeran.” [
Mengikuti Pangeran ]
Ratu : “Nak !!” [ Memanggil
Pangeran namun dicegah oleh Raja ]
Raja : “Biarkan dia, Bu. Mungkin
gadis yang dimimpikannya adalah gadis yang akan menjadi
pendamping hidupnya.”
Ratu : “Ya sudah, Yah.”
Pangeran mulai mencari gadis yang ada
di mimpinya itu. Sudah berkeliling hutan namun tak ditemuinya juga.
Pangeran : “Wahai Putri nan cantik.
Di manakah kamu berada?”
Pengawal : “Kita sudah mencari ke seluruh hutan, Pangeran. Namun tak kita temukan juga.”
Pangeran : “Tapi aku yakin, pengawal. Dia tinggal di hutan ini.”
Pengawal : “Bagaimana jika kita membuat pamflet sketsa foto gadis itu, Pangeran?”
Pangeran : “Ide yang bagus. Baiklah, secepatnya kita buat.”
Ide pengawalpun dijalankan. Ada sebagian rakyat yang mengenali sketsa itu, ada juga yang tidak. Pamflet disebar ke seluruh penjuru negeri. Mengetahui itu, ibu tiri marah.
Pengawal : “Kita sudah mencari ke seluruh hutan, Pangeran. Namun tak kita temukan juga.”
Pangeran : “Tapi aku yakin, pengawal. Dia tinggal di hutan ini.”
Pengawal : “Bagaimana jika kita membuat pamflet sketsa foto gadis itu, Pangeran?”
Pangeran : “Ide yang bagus. Baiklah, secepatnya kita buat.”
Ide pengawalpun dijalankan. Ada sebagian rakyat yang mengenali sketsa itu, ada juga yang tidak. Pamflet disebar ke seluruh penjuru negeri. Mengetahui itu, ibu tiri marah.
Ibu tiri : “Pengawal ! Cari tahu
siapa sketsa foto dalam pamflet ini!” [ Memberikan pamflet ke
pengawal ]
Pengawal : “Baik, Ratu. Hmmm, jika
dilihat-lihat ini mirip wajah dari Raden Putri Roro, Ratu.”
Ibu tiri : “Raden Putri Roro? Bocah itu. Kurang ajar !! Apakah kamu tahu keberadaan bocah tengil itu ?”
Pengawal : “Saya mendapat kabar dari rakyat jika Raden Putri Roro sekarang bekerja sebagai penjaga beras di toko milik Pak Kasim, Ratu.”
Ibu tiri : “Raden Putri Roro? Bocah itu. Kurang ajar !! Apakah kamu tahu keberadaan bocah tengil itu ?”
Pengawal : “Saya mendapat kabar dari rakyat jika Raden Putri Roro sekarang bekerja sebagai penjaga beras di toko milik Pak Kasim, Ratu.”
Ibu tiri : “Kita ke sana !”
Di toko beras. Seperti biasa, Pak
Kasim, pemilik toko tersebut memarahi Roro, padahal Roro tidak
melakukan kesalahan sedikitpun. Ini adalah perintah dari anaknya,
Putri Cantika. Cantika sangat jahat, sama seperti ibu tiri Roro.
Cantika ingin merusak wajah Roro. Namun, karena ada ibu peri yang
selalu melindungi Roro, wajah Roro kembali cantik, tak ada bekas luka
atau pukulan.
Ibu tiri tiba di toko Pak Kasim.
Kebetulan juga, Pak Kasim dan Cantika ada di depan tokonya.
Ibu tiri : “Selamat sore, Pak
Kasim.”
Pak Kasim : “Eh, Ratu Eliza. Selamat
sore juga. Ada yang bisa saya bantu?”
Ibu tiri : “Jelas sangat ada, Pak Kasim.”
Ibu tiri : “Jelas sangat ada, Pak Kasim.”
Cantika : “Apa itu, Ratu?”
Ibu tiri : “Saya mendengar dari rakyat, bila Raden Putri Roro ada di sini. Dia bekerja kepada Anda. Apa benar begitu, Pak Kasim?”
Ibu tiri : “Saya mendengar dari rakyat, bila Raden Putri Roro ada di sini. Dia bekerja kepada Anda. Apa benar begitu, Pak Kasim?”
Cantika : [ Berbisik kepada Ayahnya ]
“Ayah, kenapa Ratu mencari Roro. Aku mohon kepada Ayah,
jangan beri tahu jika Roro memang ada di sini. Aku ingin
membalasdendam pada Roro.”
Pak Kasim : [ Berkata pada Cantika ]
“Tenang saja, Cantika. Ayah akan merahasiakannya.”
Pengawal : “Hey !” [ Menggertak ]
Pengawal : “Hey !” [ Menggertak ]
Pak Kasim : “Oh, maaf. Hmm, Raden
Putri Roro. Ada maksud apa Ratu mencarinya ?”
Ibu tiri : “Jangan pura-pura begitu, Pak Kasim. Saya tahu, Pak Kasim tidak selicik yang saya kira. Kedatangan saya ke sini ingin berkualisi dengan Anda untuk menghancurkan Raden Putri Roro. Anda setuju?”
Cantika : [ Tersenyum ] “Saya mau, Ratu.”
Pak Kasim : “Karena anak saya mau, sayapun juga mau, Ratu.”
Ibu tiri : “Bagus.”
Ibu tiri : “Jangan pura-pura begitu, Pak Kasim. Saya tahu, Pak Kasim tidak selicik yang saya kira. Kedatangan saya ke sini ingin berkualisi dengan Anda untuk menghancurkan Raden Putri Roro. Anda setuju?”
Cantika : [ Tersenyum ] “Saya mau, Ratu.”
Pak Kasim : “Karena anak saya mau, sayapun juga mau, Ratu.”
Ibu tiri : “Bagus.”
Rencana ibu tiri disetujui Pak Kasim
dan Cantika. Roro yang daritadi di dapur mendengar semua niat jahat
keempat orang itu. Ternyata ibu tiri ingin meracuni Roro, seperti ia
meracuni Ayah Roro. Bila Roro menolak, maka Roro akan dipukuli.
Tiba-tiba ibu peri datang.
Ibu peri : “Roro.”
Roro : “Ha, Ibu peri. Tolong aku,
Ibu peri.”
Ibu peri : “Jangan takut. Aku akan selalu menjagamu, Roro. Aku tak ingin kamu menderita. Pangeran di sana sedang mencarimu.”
Roro : “Pangeran ?”
Ibu peri : “Benar. Pangeran yang selama ini kamu dambakan.”
Roro : “Tapi aku takut, Ibu peri. Kali ini mereka berkualisi dengan Ibu tiriku. Mereka hendak menghancurkanku.” [ Menangis ]
Ibu peri : “Jangan takut. Aku akan selalu menjagamu, Roro. Aku tak ingin kamu menderita. Pangeran di sana sedang mencarimu.”
Roro : “Pangeran ?”
Ibu peri : “Benar. Pangeran yang selama ini kamu dambakan.”
Roro : “Tapi aku takut, Ibu peri. Kali ini mereka berkualisi dengan Ibu tiriku. Mereka hendak menghancurkanku.” [ Menangis ]
Ibu peri : “Ingatlah, Roro. Kekuatan
cinta takkan bisa mengalahkan apapun.” [ Menghilang ]
Roro : “Ibu peri !! Aku akan mati.
Tidak ! Itu tidak boleh. Aku harus kuat. Aku mencintai
Pangeran. Aku sangat mencintainya.”
Ibu tiri dan ketiga pengikutnya, Pak
Kasim, Cantika dan pengawal telah berniat untuk meracuni Roro. Tapi
mereka tak ingin membunuh Roro. Mereka ingin Roro hidup menderita.
Ibi tiri meminta Cantika memberikan buah apel kepada Roro. Namun apel
itu telah lebih dulu diracun. Jika Roro memakan apel itu, maka ia
akan tertidur selama 1000 tahun. Dan jika ada laki-laki yang mencium
bibirnya, maka Roro akan terbangun.
Keesokan harinya. Cantika mulai dengan
aksinya.
Cantika : “Roro !! Roro !!” [
Memanggil Roro ]
Roro : “Iya, ada apa, Nona ?”
Cantika : “Karena hari ini aku baik,
kamu boleh memakan apel ini. Selama kamu bekerja di sini kamu
tidak pernah makan makanan enak, kan?”
Roro : “Maaf, Nona. Saya tidak lapar.”
Roro : “Maaf, Nona. Saya tidak lapar.”
Cantika : “Apa katamu !! Cepat makan
apel ini, dasar bodoh ! Ayah !!”
Pak Kasim : [ Datang ] “Ada apa,
anakku ?”
Cantika : “Aku sudah berbaikhati memberinya apel malah dia tak mau memakannya.”
Pak Kasim : “Heh, Putri yang dibuang ! Seharusnya sadar diri. Cepat makan !!”
Cantika : “Aku sudah berbaikhati memberinya apel malah dia tak mau memakannya.”
Pak Kasim : “Heh, Putri yang dibuang ! Seharusnya sadar diri. Cepat makan !!”
Roro : “Tidak, Tuan. Tidak.”
Tiba-tiba Ibu peri datang. Ibu peri
malah menyuruh Roro untuk memakannya. Akhirnya, Roro memakan apel
itu. Selang beberapa waktu, Roro tergeletak. Bukan mati tapi tertidur
1000 tahun.
Ibu peri : “Maafkan aku, Roro. Dengan
ini kamu akan bertemu dengan Pangeran. Bersabarlah sedikit,
Nak.” [ Menghilang ]
Cantika : “Ayah. Dia mati.”
Pak Kasim : “Bukan mati, Cantika. Tapi tertidur 1000 tahun.”
Pak Kasim : “Bukan mati, Cantika. Tapi tertidur 1000 tahun.”
Cantika : “Tapi jika dia begini kita
tak bisa membalasdendam padanya, Yah.”
Pak Kasim : “Itu tak penting. Yang penting adalah uang. Ayah juga tak mau melakukan ini. Tapi Ratu Eliza telah membayar kita. Ayo, sekarang kita masukkan ke dalam peti, lalu kita buang ke tengah hutan.”
Pak Kasim : “Itu tak penting. Yang penting adalah uang. Ayah juga tak mau melakukan ini. Tapi Ratu Eliza telah membayar kita. Ayo, sekarang kita masukkan ke dalam peti, lalu kita buang ke tengah hutan.”
Cantika : “Baik, Yah.”
Roro dibuang ke tengah hutan. Sebelum
itu, Roro sudah didandani dengan sangat cantik. Ibu tiri yang
menyuruhnya. Roro dirias secantik mungkin agar ada raksasa yang
memakannya, atau mungkin dijadikan istri oleh raksasa tersebut.
Di lain sisi, ibu tiri juga berasksi.
Ia mendekati Pangeran. Dengan menyamar sebagai gadis berusia 20
tahun. Namun Pangeran tak tergoda sedikitpun. Yang ada di pikiran
Pangeran hanyalah gadis lusuh itu. Dia yakin, gadis itulah yang
mencintainya apa adanya.
Ibu tiri : “Pangeran, aku tahu
hingga sekarang Pangeran belum menemukan calon istri. Makanya
aku datang kemari ingin mencalonkan diri. Aku cantik, pintar, dan
kaya.”
Pangeran : “Yang bisa menilai diri
adalah oranglain, Nona. Bukan diri sendiri. Dan aku tak peduli
itu semua. Aku sudah kaya, buat apa aku mencari istri yang kaya.
Sekarang lebih baik kamu pulang saja.”
Ibu tiri : “Pangeran, aku mohon
pilihlah aku. Akan aku turuti semua keinginanmu.”
Pangeran : “Semuanya ? Baiklah. Keinginanku sekarang lebih baik kamu pulang.”
Ibu tiri : “Pangeran ! Baiklah, aku akan pulang. Tapi besok aku akan ke sini lagi.”[ Keluar ]
Pangeran : “Semuanya ? Baiklah. Keinginanku sekarang lebih baik kamu pulang.”
Ibu tiri : “Pangeran ! Baiklah, aku akan pulang. Tapi besok aku akan ke sini lagi.”[ Keluar ]
Pangeran : “Tak tahu malu.”
Dan datanglah pengawal Pangeran. Ia
memberitahu kabar gembira.
Pengawal : “Pangeran, ada kabar
baik.”
Pangeran : “Apa, pengawal? Cepat katakan.”
Pangeran : “Apa, pengawal? Cepat katakan.”
Pengawal : “Saya mendengar bahwa
sketsa foto dalam pamflet yang kita buat kemarin itu memang
benar ada. Dia bekerja di toko beras Pak Kasim. Dia bernama Raden
Putri Roro. Dia dibuang oleh ibu tirinya. Ternyata dia putri
seorang raja di negeri sebelah.”
Pangeran : “Kerja yang bagus,
pengawal. Lebih baik kita ke sana.”
Pengawal : “Dengan senang hati,
Pangeran.”
Mereka mencari Raden Putri Roro. Namun
terlambat. Roro sudah dibuang ke tengah hutan.
Tiba di toko beras. Cantikapun berlaga
baik. Dia ingin sekali memiliki suami Pangeran guna memperbaiki
hidup. Karena memang sayembara pencarian istri masih terbuka.
Pangeran : “Permisi, Pak Kasim.”
Pak Kasim : “Eh, Pangeran ?”
Cantika : “Hai Pangeran.”
Pangeran : “Hai. Pak Kasim yang baik, saya ke sini hendak menemui seorang gadis yang memiliki sketsa wajah seperti yang ada di pamflet ini.”
Pak Kasim : “Eh, Pangeran ?”
Cantika : “Hai Pangeran.”
Pangeran : “Hai. Pak Kasim yang baik, saya ke sini hendak menemui seorang gadis yang memiliki sketsa wajah seperti yang ada di pamflet ini.”
Pak Kasim : “Aduh, maaf, Pangeran.
Anak saya satu-satunya hanya ini. Putri Cantika. Tapi
sepertinya sama dengan sketsa itu.” [ Memenangkan diri, Cantika
senyam-senyum ]
Pengawal : [ Berbisik pada Pangeran ]
“Apa benar dia Pangeran? Kalau menurut saya bukan. Garis
bibir dan dagunya berbeda. Matanya juga.”
Pangeran : [ Berkata pada pengawal
dengan berbisik juga ] “Menurutku memang bukan dia. Gadis
yang di mimpiku begitu lugu dan malu-malu. Tapi jika memang benar
dia, dia kan bekerja. Bukan anak Pak Kasim. Dan dia memakai
pakaian lusuh juga.”
Pengawal : “Kalau begitu, tanyai
saja, Pangeran.”
Pangeran : “Baiklah, Nona,
perkenalkan diri Anda.”
Cantika : “Saya Putri Cantika. Saya
berusia 21 tahun. Saya anak Pak Kasim pemilik toko ini.”
Pangeran : “Mana pakaian
lusuhmu?”
Cantika : “Ha ? Pakaian lusuh ? Maaf, ya, Pangeran, saya sama sekali tidak memiliki pakaian lusuh. Lihat, pakaianku bagus-bagus dan bermerek.”
Pangeran : [ Menggertak ] “Pak Kasim !! Cepat katakan di mana Raden Putri Roro !!”
Cantika : “Ha ? Pakaian lusuh ? Maaf, ya, Pangeran, saya sama sekali tidak memiliki pakaian lusuh. Lihat, pakaianku bagus-bagus dan bermerek.”
Pangeran : [ Menggertak ] “Pak Kasim !! Cepat katakan di mana Raden Putri Roro !!”
Pak Kasim : “Ha ?? Raden Putri Roro
?? Saya tidak tahu dia di mana.” [ Takut ]
Pengawal : “Jangan berbohong ! Kami
tahu dari warga jika Raden Putri Roro ada di sini. Dia bekerja
dengan Anda sebagai gadis penjaga beras !!”
Pak Kasim : “Jika tak percaya, coba
cari dia di dalam. Kami tidak bohong.”
Pangeran : “Pengawal, cari !!”
Pangeran : “Pengawal, cari !!”
Pengawal : “Baik.”
Pangeran : “Jika bohong lihat saja !”
Pengawal : [ Datang dengan tangan
kosong ] “Maaf, Pangeran. Raden Putri Roro tidak ada di
dalam. Tapi warga tak mungkin membohongi saya.”
Pangeran : “Cepat, kita hancurkan
tokonya, pengawal.”
Pangeran dan pengawal mengobrak-abrik
toko Pak Kasim. Cantika hanya bisa menangis.
Pak Kasim : “Tunggu!! Jangan
hancurkan toko kami. Akan kami beritahu yang sebenanrnya.”
Pangeran : “Bagus. Cepat katakan !!”
Pak Kasim : “Dia ada di hutan.”
Pengawal : “Bagaimana bisa ?!”
Cantika : “Iya. Kami berkualisi
dengan ibu tirinya untuk menghancurkan Roro. Perlu Pangeran
ketahui, ibu tirinya menyamar sebagai gadis berusia 20 tahun untuk
memikat hati Pangeran dan agar Pangeran menikahi wanita itu.”
Pengawal : “Jangan-jangan gadis yang
tadi, Pangeran?”
Pangeran : “Ayo kita ke hutan, pengawal!”
Pangeran : “Ayo kita ke hutan, pengawal!”
Pengawal : “Baik.”
Pangeran dan pengawal mencari Raden
Putri Roro. Beberapa jam mencari, mereka menemukan sebuah peti.
Didekatinya peti tersebut. Mereka terkejut. Ada seorang gadis yang
cantik jelita di dalam peti itu. Dialah Raden Putri Roro.
Pengawal : “Apakah dia, Pangeran
?”
Pangeran : “Iya. Ini memang dia. Aku sangat mengenalinya.”
Pengawal : “Tapi dia sangat cantik. Dan tidak berpakaian lusuh.”
Pangeran : “Tapi memang dia gadis di mimpiku. Pengawal, buka petinya.”
Pangeran : “Iya. Ini memang dia. Aku sangat mengenalinya.”
Pengawal : “Tapi dia sangat cantik. Dan tidak berpakaian lusuh.”
Pangeran : “Tapi memang dia gadis di mimpiku. Pengawal, buka petinya.”
Pengawal : “Baik..” [ Membuka peti
] “Apakah dia mati, Pangeran ?”
Pangeran : “Aku juga tak tahu.”
Pangeran : “Aku juga tak tahu.”
Tiba-tiba ibu peri muncul.
Ibu peri : “Pangeran, dialah Raden
Putri Roro.”
Pangeran : “Ha?! Ibu peri ??”
Pangeran : “Ha?! Ibu peri ??”
Ibu peri : “Ciumlah bibir Putri Roro,
maka ia akan terbangun.”
Pangeran : “Baiklah, Ibu peri.”
Pengeranpun mencium bibir Putri Roro.
Benar saja, tak berapa lama kemudian Putri Roro terbangun. Dia
terkejut melihat Pangeran.
Roro : “Ha ??!! Pangeran ??”
Pangeran : “Iya, ini aku. Aku mencarimu. Putri Roro, maukah kau menikah denganku ?”
Roro : “Secepat itukah ?? Tapi kamu tidak tahu siapa aku, Pangeran. Aku hanya gadis penjaga beras Aku jelek, tidak menarik, dan miskin.” [ Sedih ]
Roro : “Ha ??!! Pangeran ??”
Pangeran : “Iya, ini aku. Aku mencarimu. Putri Roro, maukah kau menikah denganku ?”
Roro : “Secepat itukah ?? Tapi kamu tidak tahu siapa aku, Pangeran. Aku hanya gadis penjaga beras Aku jelek, tidak menarik, dan miskin.” [ Sedih ]
Pangeran : “Aku tak peduli dengan
sayembara itu. Karena aku sudah menemukanmu. Aku mencintaimu.
Dan aku tahu, kamu juga mencintaiku, kan?”
Roro : “Aku memang sangat
mencintaimu, Pangeran. Tapi.....
Pangeran : [ Mencegah Roro bebicara
lebih panjang lagi dengan menempelkan jarinya ke bibir Roro ]
“Ssssttt.... Aku tahu siapa kamu. Mau, kan, kamu menikah denganku
?”
Pengawal : “Sudahlah, Putri, terima saja.”
Roro : [ Memandang Ibu peri ]
Pengawal : “Sudahlah, Putri, terima saja.”
Roro : [ Memandang Ibu peri ]
Ibu peri : [ Mengangguk, tersenyum ]
Roro : “Baiklah, Pangeran. Aku mau
menikah denganmu tanpa paksaan. Dan atas dasar aku
mencintaimu.”
Semua senang. Pangeran memeluk Putri
Roro.
Pangeran membawa pulang ke istananya,
dan ia meminta penikahan yang besar dan meriah. Roro terlihat sangat
cantik. Begitu pula Pangeran, dia terlihat sangat tampan. Orangtua
Pangeran senang dengan kehadiran Roro karena memberikan kebahagiaan
kepada Pangeran. Dan Ibu tiripun menjadi tua untuk selama-lamanya.
Kerajaannya hancur.
Pangeran dan Raden Putri Roro hidup
bahagia.
-TAMAT-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar