Gaara Transforms Into Tree Stump - Naruto

Kamis, 26 April 2012

# RICE-KEEPER GIRL #

Tokoh
  1. Raden Putri Roro
  2. Pangeran
  3. Raja
  4. Ratu
  5. Ibu Tiri
  6. Ibu peri
  7. Pak Kasim
  8. Cantika
  9. Pengawal Pangeran
  10. Pengawal Ibu Tiri

Pada suatu hari di sebuah kerajaan, terdapatlah Pangeran tampan dan gagah perkasa. Namun, di usianya yang hampir 24 tahun itu, sang Pangeran belum juga memeiliki calon pendamping hidup. Lalu di buatlah sayembara.
Mendengar sayembara yang dibacakan pengawal, para gadispun berlomba-lomba mempercantik diri dan datang menemui Pangeran agar diperistri oleh Pangeran tampan tersebut.

Tak terkecuali Raden Putri Roro. Sebenarnya dia lahir di keluarga yang derajatnya sama dengan Pangeran. Tapi ibu tirinya membuangnya. Kini dia bekerja sebagai gadis penjaga beras milik rakyatnya dulu. Walaupun putri raja, pemilik toko, Pak Kasim, menganggapnya sebagai rakyat biasa. Malah dia sering memarahi Roro. Ayah Roro sudah meninggal 2 tahun yang lalu. Ketika menikah dengan istri barunya, yaitu ibu tiri Roro, kehidupan Ayahnya berubah drastris. Dan pada suatu hari ibu tiripun mulai dengan aksinya, yaitu meracuni Ayah Roro. Dan seketika itupun Ayah Roro meninggal. Ibu tirinya hanya menginginkan harta dari keluarganya.

Gadis-gadis berbondong-bondong menemui Pangeran guna mendapatkan simpatik Pangeran. Namun ada beberapa di antara mereka yang niatnya tak jauh berbeda dengan ibu tiri Roro, yaitu menginginkan harta. Namun tidak untuk Roro. Dia berniat menemui Pangeran atas dasar cinta.

Ternyata diam-diam ibu tiri Roro mencari penyihir sakti untuk mengubahnya menjadi gadis berusia 20 tahun. Memang licik dia. Selama dalam pencarian penyihir, ibu tiri juga mencari tahu apakah Roro mengikuti sayembara tersebut. Dia takut jika Roro mengikutinya, sudah pasti Pangeran akan memilih Roro sebagai istrinya, karena Roro memang terkenal sebagai putri raja yang cantik. Tetapi karena bekerja di toko beras, wajahnya menjadi kusam dan pakaiannya lusuh. Namun ada saja yang mengenali Roro karena kebaikannya.

Tiga hari sejak sayembara dimulai. Namun, Pangeran belum juga menemukan gadis pujaannya.

Raja : “Anakku, apakah kamu sudah menemukan gadis yang kamu dambakan?”
Pangeran : “Belum, Ayah. Dari sekian banyak gadis yang datang, aku tahu mereka hanya menginginkan harta kita saja. Dan aku tak suka cara mereka.”
Ratu : “Tapi, Nak. Sudah tiga hari sayembara dibuka. Cobalah untuk terbuka kepada mereka. Tak semua dari mereka yang hanya menginginkan harta. Umurmu hampir 24 tahun.”
Pangeran : “Bu, lebih baik aku tak memiliki istri hingga mati jika niat mereka hanya inginkan harta. Aku tahu, harta mudah dicari, tapi aku tak suka niat mereka. Sudahlah, masih ada empat hari lagi. Aku mau istirahat dulu.”

Pangeran masuk ke kamarnya diikuti pengawal setianya. Dalam istirahatnya, Pangeran bermimpi bertemu dengan gadis lusuh di hutan. Gadis itu membawa buah-buahan kesukaan Pangeran. Walaupun lusuh, namun Pangeran melihat kecantikan gadis itu. Sebenarnya Pangeran memimpikan Roro.

Pangeran : “Hai, putri yang cantik. Hendak kemanakah kamu ?”
Roro : “Pa... Pa... Pangeran ?” [ Roro terkejut ]
Pangeran : “Apakah kamu ingin menemuiku?”
Roro : [ Hanya diam, takjub dengan ketampanan Pangeran ]
Pangeran : “Apakah buah-buahan itu untukku ? Darimana kamu tahu buah kesukaanku?”
Roro : “Mmm.. Owh ini ? Mmm, iya. Ini untukmu, Pangeran.”

Roro langsung pergi karena malu. Pangeranpun terbangun.

Pengawal : “Apa yang terjadi, Pangeran ?”
Pangeran : “Aku bermimipi, bertemu seorang gadis yang cantik jelita. Dia ada di hutan.”
Pengawal : “Mungkin dialah gadis pujaan yang selama ini Pangeran cari.”
Pangeran : “Aku harap juga begitu, pengawal.”

Pangeran menemui orangtuanya. Dia melihat ada buah-buahan kesukaannya ada di tangan sang Ayah. Lalu dia bertanya darimana buah-buahan tersebut.

Pangeran : “Ayah, darimana buah-buahan itu ?”
Raja : “Owh, ini. Ini dari seorang putri yang sangat cantik. Bergaun merah dan didampingi pengawal. Ada apa kamu bertanya begitu, Nak?”
Pangeran : “Tidak. Ayah salah. Buah-buahan itu pemberian gadis lusuh. Tidak bergaun dan tidak didampingi pengawal. Gadis itu lugu, Yah.”
Ratu : “Tapi apa yang dikatakan Ayahmu benar, Nak. Ibu rasa dia cocok untukmu.”
Pangeran : “Tidak, Bu. Aku... aku bermimpi bertemu dengan gadis lusuh di hutan. Aku harus mencarinya. Pengawal ! Ikut aku !!” [ Keluar ruangan ]
Pengawal : “Baik, Pangeran.” [ Mengikuti Pangeran ]
Ratu : “Nak !!” [ Memanggil Pangeran namun dicegah oleh Raja ]
Raja : “Biarkan dia, Bu. Mungkin gadis yang dimimpikannya adalah gadis yang akan menjadi pendamping hidupnya.”
Ratu : “Ya sudah, Yah.”

Pangeran mulai mencari gadis yang ada di mimpinya itu. Sudah berkeliling hutan namun tak ditemuinya juga.

Pangeran : “Wahai Putri nan cantik. Di manakah kamu berada?”
Pengawal : “Kita sudah mencari ke seluruh hutan, Pangeran. Namun tak kita temukan juga.”
Pangeran : “Tapi aku yakin, pengawal. Dia tinggal di hutan ini.”
Pengawal : “Bagaimana jika kita membuat pamflet sketsa foto gadis itu, Pangeran?”
Pangeran : “Ide yang bagus. Baiklah, secepatnya kita buat.”

Ide pengawalpun dijalankan. Ada sebagian rakyat yang mengenali sketsa itu, ada juga yang tidak. Pamflet disebar ke seluruh penjuru negeri. Mengetahui itu, ibu tiri marah.

Ibu tiri : “Pengawal ! Cari tahu siapa sketsa foto dalam pamflet ini!” [ Memberikan pamflet ke pengawal ]
Pengawal : “Baik, Ratu. Hmmm, jika dilihat-lihat ini mirip wajah dari Raden Putri Roro, Ratu.”
Ibu tiri : “Raden Putri Roro? Bocah itu. Kurang ajar !! Apakah kamu tahu keberadaan bocah tengil itu ?”
Pengawal : “Saya mendapat kabar dari rakyat jika Raden Putri Roro sekarang bekerja sebagai penjaga beras di toko milik Pak Kasim, Ratu.”
Ibu tiri : “Kita ke sana !”

Di toko beras. Seperti biasa, Pak Kasim, pemilik toko tersebut memarahi Roro, padahal Roro tidak melakukan kesalahan sedikitpun. Ini adalah perintah dari anaknya, Putri Cantika. Cantika sangat jahat, sama seperti ibu tiri Roro. Cantika ingin merusak wajah Roro. Namun, karena ada ibu peri yang selalu melindungi Roro, wajah Roro kembali cantik, tak ada bekas luka atau pukulan.

Ibu tiri tiba di toko Pak Kasim. Kebetulan juga, Pak Kasim dan Cantika ada di depan tokonya.

Ibu tiri : “Selamat sore, Pak Kasim.”
Pak Kasim : “Eh, Ratu Eliza. Selamat sore juga. Ada yang bisa saya bantu?”
Ibu tiri : “Jelas sangat ada, Pak Kasim.”
Cantika : “Apa itu, Ratu?”
Ibu tiri : “Saya mendengar dari rakyat, bila Raden Putri Roro ada di sini. Dia bekerja kepada Anda. Apa benar begitu, Pak Kasim?”
Cantika : [ Berbisik kepada Ayahnya ] “Ayah, kenapa Ratu mencari Roro. Aku mohon kepada Ayah, jangan beri tahu jika Roro memang ada di sini. Aku ingin membalasdendam pada Roro.”
Pak Kasim : [ Berkata pada Cantika ] “Tenang saja, Cantika. Ayah akan merahasiakannya.”
Pengawal : “Hey !” [ Menggertak ]
Pak Kasim : “Oh, maaf. Hmm, Raden Putri Roro. Ada maksud apa Ratu mencarinya ?”
Ibu tiri : “Jangan pura-pura begitu, Pak Kasim. Saya tahu, Pak Kasim tidak selicik yang saya kira. Kedatangan saya ke sini ingin berkualisi dengan Anda untuk menghancurkan Raden Putri Roro. Anda setuju?”
Cantika : [ Tersenyum ] “Saya mau, Ratu.”
Pak Kasim : “Karena anak saya mau, sayapun juga mau, Ratu.”
Ibu tiri : “Bagus.”

Rencana ibu tiri disetujui Pak Kasim dan Cantika. Roro yang daritadi di dapur mendengar semua niat jahat keempat orang itu. Ternyata ibu tiri ingin meracuni Roro, seperti ia meracuni Ayah Roro. Bila Roro menolak, maka Roro akan dipukuli. Tiba-tiba ibu peri datang.

Ibu peri : “Roro.”
Roro : “Ha, Ibu peri. Tolong aku, Ibu peri.”
Ibu peri : “Jangan takut. Aku akan selalu menjagamu, Roro. Aku tak ingin kamu menderita. Pangeran di sana sedang mencarimu.”
Roro : “Pangeran ?”
Ibu peri : “Benar. Pangeran yang selama ini kamu dambakan.”
Roro : “Tapi aku takut, Ibu peri. Kali ini mereka berkualisi dengan Ibu tiriku. Mereka hendak menghancurkanku.” [ Menangis ]
Ibu peri : “Ingatlah, Roro. Kekuatan cinta takkan bisa mengalahkan apapun.” [ Menghilang ]
Roro : “Ibu peri !! Aku akan mati. Tidak ! Itu tidak boleh. Aku harus kuat. Aku mencintai Pangeran. Aku sangat mencintainya.”

Ibu tiri dan ketiga pengikutnya, Pak Kasim, Cantika dan pengawal telah berniat untuk meracuni Roro. Tapi mereka tak ingin membunuh Roro. Mereka ingin Roro hidup menderita. Ibi tiri meminta Cantika memberikan buah apel kepada Roro. Namun apel itu telah lebih dulu diracun. Jika Roro memakan apel itu, maka ia akan tertidur selama 1000 tahun. Dan jika ada laki-laki yang mencium bibirnya, maka Roro akan terbangun.

Keesokan harinya. Cantika mulai dengan aksinya.

Cantika : “Roro !! Roro !!” [ Memanggil Roro ]
Roro : “Iya, ada apa, Nona ?”
Cantika : “Karena hari ini aku baik, kamu boleh memakan apel ini. Selama kamu bekerja di sini kamu tidak pernah makan makanan enak, kan?”
Roro : “Maaf, Nona. Saya tidak lapar.”
Cantika : “Apa katamu !! Cepat makan apel ini, dasar bodoh ! Ayah !!”
Pak Kasim : [ Datang ] “Ada apa, anakku ?”
Cantika : “Aku sudah berbaikhati memberinya apel malah dia tak mau memakannya.”
Pak Kasim : “Heh, Putri yang dibuang ! Seharusnya sadar diri. Cepat makan !!”
Roro : “Tidak, Tuan. Tidak.”

Tiba-tiba Ibu peri datang. Ibu peri malah menyuruh Roro untuk memakannya. Akhirnya, Roro memakan apel itu. Selang beberapa waktu, Roro tergeletak. Bukan mati tapi tertidur 1000 tahun.

Ibu peri : “Maafkan aku, Roro. Dengan ini kamu akan bertemu dengan Pangeran. Bersabarlah sedikit, Nak.” [ Menghilang ]
Cantika : “Ayah. Dia mati.”
Pak Kasim : “Bukan mati, Cantika. Tapi tertidur 1000 tahun.”
Cantika : “Tapi jika dia begini kita tak bisa membalasdendam padanya, Yah.”
Pak Kasim : “Itu tak penting. Yang penting adalah uang. Ayah juga tak mau melakukan ini. Tapi Ratu Eliza telah membayar kita. Ayo, sekarang kita masukkan ke dalam peti, lalu kita buang ke tengah hutan.”
Cantika : “Baik, Yah.”

Roro dibuang ke tengah hutan. Sebelum itu, Roro sudah didandani dengan sangat cantik. Ibu tiri yang menyuruhnya. Roro dirias secantik mungkin agar ada raksasa yang memakannya, atau mungkin dijadikan istri oleh raksasa tersebut.
Di lain sisi, ibu tiri juga berasksi. Ia mendekati Pangeran. Dengan menyamar sebagai gadis berusia 20 tahun. Namun Pangeran tak tergoda sedikitpun. Yang ada di pikiran Pangeran hanyalah gadis lusuh itu. Dia yakin, gadis itulah yang mencintainya apa adanya.

Ibu tiri : “Pangeran, aku tahu hingga sekarang Pangeran belum menemukan calon istri. Makanya aku datang kemari ingin mencalonkan diri. Aku cantik, pintar, dan kaya.”
Pangeran : “Yang bisa menilai diri adalah oranglain, Nona. Bukan diri sendiri. Dan aku tak peduli itu semua. Aku sudah kaya, buat apa aku mencari istri yang kaya. Sekarang lebih baik kamu pulang saja.”
Ibu tiri : “Pangeran, aku mohon pilihlah aku. Akan aku turuti semua keinginanmu.”
Pangeran : “Semuanya ? Baiklah. Keinginanku sekarang lebih baik kamu pulang.”
Ibu tiri : “Pangeran ! Baiklah, aku akan pulang. Tapi besok aku akan ke sini lagi.”[ Keluar ]
Pangeran : “Tak tahu malu.”

Dan datanglah pengawal Pangeran. Ia memberitahu kabar gembira.

Pengawal : “Pangeran, ada kabar baik.”
Pangeran : “Apa, pengawal? Cepat katakan.”
Pengawal : “Saya mendengar bahwa sketsa foto dalam pamflet yang kita buat kemarin itu memang benar ada. Dia bekerja di toko beras Pak Kasim. Dia bernama Raden Putri Roro. Dia dibuang oleh ibu tirinya. Ternyata dia putri seorang raja di negeri sebelah.”
Pangeran : “Kerja yang bagus, pengawal. Lebih baik kita ke sana.”
Pengawal : “Dengan senang hati, Pangeran.”

Mereka mencari Raden Putri Roro. Namun terlambat. Roro sudah dibuang ke tengah hutan.
Tiba di toko beras. Cantikapun berlaga baik. Dia ingin sekali memiliki suami Pangeran guna memperbaiki hidup. Karena memang sayembara pencarian istri masih terbuka.

Pangeran : “Permisi, Pak Kasim.”
Pak Kasim : “Eh, Pangeran ?”
Cantika : “Hai Pangeran.”
Pangeran : “Hai. Pak Kasim yang baik, saya ke sini hendak menemui seorang gadis yang memiliki sketsa wajah seperti yang ada di pamflet ini.”
Pak Kasim : “Aduh, maaf, Pangeran. Anak saya satu-satunya hanya ini. Putri Cantika. Tapi sepertinya sama dengan sketsa itu.” [ Memenangkan diri, Cantika senyam-senyum ]
Pengawal : [ Berbisik pada Pangeran ] “Apa benar dia Pangeran? Kalau menurut saya bukan. Garis bibir dan dagunya berbeda. Matanya juga.”
Pangeran : [ Berkata pada pengawal dengan berbisik juga ] “Menurutku memang bukan dia. Gadis yang di mimpiku begitu lugu dan malu-malu. Tapi jika memang benar dia, dia kan bekerja. Bukan anak Pak Kasim. Dan dia memakai pakaian lusuh juga.”
Pengawal : “Kalau begitu, tanyai saja, Pangeran.”
Pangeran : “Baiklah, Nona, perkenalkan diri Anda.”
Cantika : “Saya Putri Cantika. Saya berusia 21 tahun. Saya anak Pak Kasim pemilik toko ini.”
Pangeran : “Mana pakaian lusuhmu?”
Cantika : “Ha ? Pakaian lusuh ? Maaf, ya, Pangeran, saya sama sekali tidak memiliki pakaian lusuh. Lihat, pakaianku bagus-bagus dan bermerek.”
Pangeran : [ Menggertak ] “Pak Kasim !! Cepat katakan di mana Raden Putri Roro !!”
Pak Kasim : “Ha ?? Raden Putri Roro ?? Saya tidak tahu dia di mana.” [ Takut ]
Pengawal : “Jangan berbohong ! Kami tahu dari warga jika Raden Putri Roro ada di sini. Dia bekerja dengan Anda sebagai gadis penjaga beras !!”
Pak Kasim : “Jika tak percaya, coba cari dia di dalam. Kami tidak bohong.”
Pangeran : “Pengawal, cari !!”
Pengawal : “Baik.”
Pangeran : “Jika bohong lihat saja !”
Pengawal : [ Datang dengan tangan kosong ] “Maaf, Pangeran. Raden Putri Roro tidak ada di dalam. Tapi warga tak mungkin membohongi saya.”
Pangeran : “Cepat, kita hancurkan tokonya, pengawal.”

Pangeran dan pengawal mengobrak-abrik toko Pak Kasim. Cantika hanya bisa menangis.

Pak Kasim : “Tunggu!! Jangan hancurkan toko kami. Akan kami beritahu yang sebenanrnya.”
Pangeran : “Bagus. Cepat katakan !!”
Pak Kasim : “Dia ada di hutan.”
Pengawal : “Bagaimana bisa ?!”
Cantika : “Iya. Kami berkualisi dengan ibu tirinya untuk menghancurkan Roro. Perlu Pangeran ketahui, ibu tirinya menyamar sebagai gadis berusia 20 tahun untuk memikat hati Pangeran dan agar Pangeran menikahi wanita itu.”
Pengawal : “Jangan-jangan gadis yang tadi, Pangeran?”
Pangeran : “Ayo kita ke hutan, pengawal!”
Pengawal : “Baik.”

Pangeran dan pengawal mencari Raden Putri Roro. Beberapa jam mencari, mereka menemukan sebuah peti. Didekatinya peti tersebut. Mereka terkejut. Ada seorang gadis yang cantik jelita di dalam peti itu. Dialah Raden Putri Roro.

Pengawal : “Apakah dia, Pangeran ?”
Pangeran : “Iya. Ini memang dia. Aku sangat mengenalinya.”
Pengawal : “Tapi dia sangat cantik. Dan tidak berpakaian lusuh.”
Pangeran : “Tapi memang dia gadis di mimpiku. Pengawal, buka petinya.”
Pengawal : “Baik..” [ Membuka peti ] “Apakah dia mati, Pangeran ?”
Pangeran : “Aku juga tak tahu.”

Tiba-tiba ibu peri muncul.

Ibu peri : “Pangeran, dialah Raden Putri Roro.”
Pangeran : “Ha?! Ibu peri ??”
Ibu peri : “Ciumlah bibir Putri Roro, maka ia akan terbangun.”
Pangeran : “Baiklah, Ibu peri.”

Pengeranpun mencium bibir Putri Roro. Benar saja, tak berapa lama kemudian Putri Roro terbangun. Dia terkejut melihat Pangeran.

Roro : “Ha ??!! Pangeran ??”
Pangeran : “Iya, ini aku. Aku mencarimu. Putri Roro, maukah kau menikah denganku ?”
Roro : “Secepat itukah ?? Tapi kamu tidak tahu siapa aku, Pangeran. Aku hanya gadis penjaga beras Aku jelek, tidak menarik, dan miskin.” [ Sedih ]
Pangeran : “Aku tak peduli dengan sayembara itu. Karena aku sudah menemukanmu. Aku mencintaimu. Dan aku tahu, kamu juga mencintaiku, kan?”
Roro : “Aku memang sangat mencintaimu, Pangeran. Tapi.....
Pangeran : [ Mencegah Roro bebicara lebih panjang lagi dengan menempelkan jarinya ke bibir Roro ] “Ssssttt.... Aku tahu siapa kamu. Mau, kan, kamu menikah denganku ?”
Pengawal : “Sudahlah, Putri, terima saja.”
Roro : [ Memandang Ibu peri ]
Ibu peri : [ Mengangguk, tersenyum ]
Roro : “Baiklah, Pangeran. Aku mau menikah denganmu tanpa paksaan. Dan atas dasar aku mencintaimu.”

Semua senang. Pangeran memeluk Putri Roro.
Pangeran membawa pulang ke istananya, dan ia meminta penikahan yang besar dan meriah. Roro terlihat sangat cantik. Begitu pula Pangeran, dia terlihat sangat tampan. Orangtua Pangeran senang dengan kehadiran Roro karena memberikan kebahagiaan kepada Pangeran. Dan Ibu tiripun menjadi tua untuk selama-lamanya. Kerajaannya hancur.
Pangeran dan Raden Putri Roro hidup bahagia.

-TAMAT-

Tidak ada komentar: