Pagi itu, Riri yang sedang asyik main
basket di taman melihat pengendara motor menabrak seorang pejalan
kaki. Namun karena tidak mau bertanggungjawab, pengendara motor
itupun melarikan diri. Karena posisi Riri yang paling dengan dengan
tempat kejadian, tanpa ragu Riri menolong korban kecelakaan itu.
Riri : ( Panik, dan marah-marah ) “Wah,
kurang ajar tuch orang ! Ga' tanggung jawab ! Woy, ke sini Lo
!!!”
Reno : “Sudah, sudah, mbak. Saya ga'
apa-apa kok.” ( Bangkit dari kuburnya, eh jatuhnya ).
Riri : “Lhoh, kak Reno ??” ( Reno,
mantan Riri sewaktu SMA ).
Reno : “Oh, Riri. Lama ga' ketemu.”
Riri : “Wach, kalau tahu kamu yang
jadi korban, sudah aku kejar tuch orang terus kupukuli
hingga babak belur.” ( Dengan menunjukkan teknik beladiri ).
Reno : “Sudah, tenang saja. Cuma
lecet gini. Ini mah biasa.”
Riri : “Ya tapi kudu diobati, Ren.
Kalau ga' nanti bisa infeksi.”
Reno : “Iya, iya. Kamu masih
perhatian seperti dulu, Ri.” ( Reno terlihat bergairah ).
Riri : “Mmm, lebih baik kakak pulang
saja terus diobati.”
Reno : “Iya. Kalau begitu aku pulang
dulu, ya.”
Riri : “Hati-hati, Ren.”
Beberapa menit sepeninggal Reno yang
hendak mengobati lukanya, Riri melihat sesuatu jatuh tepat di tempat
Reno jatuh tadi. Diambil, lalu dilihatnya. Sebuah foto perempuan
cantik dengan pakaian yang indah dan terlihat sexy. Pikir Riri,
mungkinkah dia pacar Reno ? Di belakang foto itu terdapat tulisan
“Reno Love Dea, tunggu aku kembali.” Riri tercengang, apa-apaan
ini, kenapa hatinya sakit seperti ini. Walaupun sudah putus, tapi
Riri masih menyukai Reno. Padahal Riri sendiri sudah memiliki pacar,
Dika namanya.
Keesokan harinya di tempat kerja,
waktu jam makan siang Riri berbincang-bincang kepada temannya, Minny,
menceritakan kejadian kemarin yang dialaminya.
Riri : “Gitu, Min.”
Minny : “Jadi orang jangan maruk, Ri.
Kamu sudah memiliki pacar. Dia juga. Sudahlah. Jalan hidup
kalian sudah berbeda.”
Riri : “Iya, aku tahu. Tapi aku
bingung dengan hatiku. Setelah kejadian kemarin hatiku bimbang.
Aku sayang sama Dika, dan juga aku masih sayang sama Reno.”
Minny : “Jangan bilang kamu pacaran
sama Dika karena pelarian. Kasihan Dika, Ri.”
Riri : “Awalnya gitu. Tapi karena aku
tahu Dika begitu sayang denganku, ya aku mulai
menyayanginya. Bahkan sudah ga' memikirkan Reno lagi.”
Minny : “Menyukai oranglain yang
telah memiliki kekasih boleh-boleh saja, kok, Ri. Asal jangan
saling menyakiti.”
Riri : “Tapi aku bingung, Min. Nih
nih, foto tuch cewek.” ( Sambil menunjukkan foto cewek yang
bernama Dea itu kepada Minny ).
Minny : “Wach, kalau ini jelas Reno
ga' salah pilih. Cewek ini cantik, sexy lagi. Haahha !!”
Riri : “Yeee !! Bukannya dikasih
solusi malah ngeledek.”
Minny : “Habisnya aku bingung.
Salah-salah nanti solusiku kamu juga yang marah sama aku. Aku kan
ga' tahu apa-apa dengan hatimu. Cinta itu bukan seperti matematika
atau IPA yang sudah pasti jawabannya. Tapi cinta itu seperti
Bahasa Indonesia, yang harus dideskripsikan, diubah dari
puisi ke prosa.”
Riri : “Gagal jadi guru, ya ?”
Minny : “Yee, sudahlah, kita makan
dulu saja.”
Merasa kesal dengan Minny, Riri
kembali ke meja kasir. Di sana dia masih memikirkan Reno, cinta
pertamanya. Tiba-tiba handphone Riri berdering. Dari Dika ternyata.
Dika : “Hai, Sayangku.”
Riri : “Hai juga, Sayang.”
Dika : “Gimana, sudah makan belum ?”
( Setiap hari selalu mengingatkannya makan ).
Riri : “Sudah, kok. Tapi ga' habis.
Menunya ga' enak. Kalau kamu ?”
Dika : “Aku juga sudah, kok. Ya
sudah, kamu sehat-sehat ya di sana. Jangan nakal.”
Riri : “Kamu juga.”
Dika : “Pastinya. Ya sudah, seminggu lagi aku pulang, jadi kamu ga' kesepian lagi.”
Dika : “Pastinya. Ya sudah, seminggu lagi aku pulang, jadi kamu ga' kesepian lagi.”
Riri : “Iya, Sayang. Ya sudah, aku
kerja dulu lagi, ya.”
Dika : “Iya. Selamat bekerja, Sayang.
Daaa..”
Riri “ Daa...”
Dika memang sedang pergi keluar kota
mengikuti orangtuanya yang sedang bisnis. Riri bisa bebas selama
ditinggal pergi Dika. Tapi sebenarnya dia juga tak ingin menduakan
Dika. Seminggu lagi Dika pulang, maka dari itu sebisa mungkin Riri
berusaha dekat dengan Reno selagi bisa.
Jam pulang kerja akhirnya tiba. Dengan
buru-buru Riri pulang. Tapi malah ban motornya kempes. Kebingungan
Riri hingga mengacak-acak rambutnya. Tiba-tiba seseorang merapikan
kembali rambut panjang Riri. Dengan belaian yang nikmat hingga
membuat jantung Riri seakan berhenti. Reno memang orangnya agak
bernafsu.
Reno : “Hai, Riri.”
Riri : ( Terrperangah ). Hah, Reno ?”
Reno : “Iya. Kenapa kaget gitu, sih ?
Rambut sendiri kok diacak-acak.”
Riri : “Ban motor kempes.” ( Dengan
imutnya sambil menunjukkan kepada Reno ).
Reno : “Kalau begitu ditambal saja.”
Riri : “Tambal ban dari sini jauh,
Ren.”
Reno : “Kutemani hingga ketemu tambal ban, sekalian jalan-jalan.”
Reno : “Kutemani hingga ketemu tambal ban, sekalian jalan-jalan.”
Riri : ( Langsung ceria ). “Yang
benar ??” Eh, mmm... maksudku, ga' apa-apa ?”
Reno : “Lhoh, kenapa memangnya ?”
Riri : “Pacarmu.”
Reno : “Dia sedang ke Australia. Ada
urusan yang harus dikerjakannya.”
Riri : “Oh, ya kalau begitu, ayok.”
Reno : “Oke.”
Dengan senang Riri berjalan mengikuti
Reno yang menuntun motor Riri. Serasa kembali seperti beberapa tahun
yang lalu ketika masih SMA. Betapa senangnya ia hari itu. Kebetulan
sekali Dika sedang pergi, dan Dea juga keluar negeri malahan. Jadi
dia bisa bebas bersama dengan Reno kapan saja. Walaupun dia juga
harus berhati-hati dengan sikap Reno yang bernafsu tinggi itu. Riri
memang tak cantik, tapi bibir dan matanya sangat menggoda. Riri
memutuskan hubungan dengan Reno juga karena Reno menduakannya.
Ban selesai ditambal. Tapi Reno malah
mengajak Riri jalan-jalan ke sebuah taman. Kapan lagi bisa bersama
Reno jika tidak sekarang, walapun Riri tahu itu sangat menyakiti
Dika.
Reno : “Rambutmu masih seperti dulu,
Ri. Lembut.”
Riri : “Maklumlah. Perawatan.”
Reno : “Oh, wangi juga soalnya. Boleh
aku mencium lagi rambutmu ?”
Riri : ( Terkejut, apa ini, jantungnya berdegup kencang ). “Mmm.” ( Mengangguk, mengiyakan ).
Riri : ( Terkejut, apa ini, jantungnya berdegup kencang ). “Mmm.” ( Mengangguk, mengiyakan ).
Karena diijinkan oleh Riri, tanpa ragu
Reno menciumi rambut lembut Riri. Mulailah Reno dengan aksinya,
bahkan ia hampir mencium bibir mungil Riri. Tapi Riri membuyarkan
ilusi Reno.
Riri : “Mmm, Reno ?”
Reno : “Eh, mmm, maaf, Ri. Rambutmu
benar-benar membuatku nyaman saat menciumnya.”
Riri : “Lebih baik aku pulang saja,
Ren.” ( Beranjak dari duduknya ).
Reno : “Perlu diantar ?”
Riri : “Ga' usah. Aku kan bawa motor. Permisi.” ( Riri langsung pergi karena ketakutan ).
Riri : “Ga' usah. Aku kan bawa motor. Permisi.” ( Riri langsung pergi karena ketakutan ).
Reno : “Dasar. Riri, lihat saja, aku
akan mendapatkan bibirmu. Dulu aku belum bisa mendapatkannya.
Tapi besok, aku akan mengubah semuanya. Kutahu, kamu belum sekalipun
berciuman.”
Keesokan harinya di tempat kerja Riri.
Ketika itu Riri sedang melamun karena pengunjung hari itu benar-benar
sepi. Sedangkan Minny sibuk dengan buku-buku yang hendak ia kemas ke
dalam kardus karena sudah tak laku dijual. Tiba-tiba saja lamunan
Riri buyar ketika seorang cowok mengagetkannya. Reno ternyata.
Reno : “Hey, ngelamun saja.”
Riri : ( Ketakutan ). “Oh, Reno.
Ngagetin saja.”
Reno : “Habisnya kamu mengelamun
terus.”
Riri : “Pengunjungnya sepi, nih. Ga'
ada kerjaan.”
Reno : “Kalau gitu mau ga' antarkan
aku nyari buku tentang musik ? Mau, ya.”
Riri : “Mmm, ya, baiklah.”
Riri tak tahu jika Reno hendak berniat
jahat kepadanya. Reno memang maniak, jika belum mendapatkannya, maka
ia akan terus mengejar hingga mendapatkannya.
Riri : “Kamu masih ngeband ?”
Reno : “Iyalah. Terus berusaha, siapa tahu jadi terkenal.”
Reno : “Iyalah. Terus berusaha, siapa tahu jadi terkenal.”
Riri : “Yaa kalau sudah terkenal
jangan lupain aku.”
Tangan Reno merangkul penuh nafsu
kepada Riri. Riri memang tak secantik Dea, tapi bibir dan matanya
begitu menggoda. Pas saja, tempatnya yang di pojok membuat Reno
leluasa.
Reno : “Aku ga' akan pernah
melupakanmu, Ri.”
Reno berkata demikian sambil
mendekatkan bibirnya dengan bibir Riri, tapi belum berciuman. Reno
mendorong Riri, dan membalikkannya sehingga mereka saling berhadapan.
Reno menahan tubuh Riri dengan kedua tangannya yang berada di pundak
Riri agar Riri tak bisa melepaskan diri,
Riri : “Kakak, apa-apaan, sih !!? (
Ia ketakutan ).
Reno : “Tenang saja, Ririku yang
manis.”
Riri : “Lepaskan aku, Reno !”
Reno : “Jangan berteriak, Sayangku.
Aku akan membuatmu merasa nyaman di dekatku lagi. Aku masih
mencintaimu, Ri.”
Riri : “Maaf, Ren. Aku sudah memiliki
pacar, kamu juga, kan ?”
Reno : “Kita bisa selingkuh. Backstreet seperti dulu.”
Reno : “Kita bisa selingkuh. Backstreet seperti dulu.”
Riri : “Ga !! Aku ga' bisa. Lepaskan
aku, Reno. Aku ga' bisa bergerak.”
Reno : “Tenanglah sedikit, Sayangku.
Aku akan melepaskanmu setengah jam lagi. Riri, apakah kamu
masih menyukaiku ??”
Riri : “Mmm, sebenarnya...........”
Belum sempat selesai Riri menjawab
pertanyaan, langsung saja Reno mencium bibir Riri dengan penuh nafsu.
Ingin berteriak, namun tak bisa. Dia benar-benar lemas hingga tak
bisa berkutik. Mata yang tadi terbelalak, kini mulai terpejam
merasakan nikmatnya berciuman, dengan Reno, mantan pacarnya. Riri
masih kaku karena itu adalah ciuman pertamanya. Padahal Riri ingin
memberikannya kepada Dika.
Reno terus menciumi bibir Riri. Bahkan
kini tangannya mulai membuka kancing baju seragam Riri. Kancing
pertama terbuka. Begitupun yang kedua. Tapi Riri tersadar, dan dengan
sekuat tenaga mendorong Reno. Ia akhirnya lepas dari cengkaraman
Reno.
Riri : “Apa yang mau kamu lakukan
!!?” ( Sambil mengancingkan kembali baju seragamnya ).
Reno : ( Dengan mata tajamnya,
memandang Riri penuh nafsu, mengelus-elus bibirnya sendiri )
Riri : “Apa yang mau kamu lakukan
kepadaku, Reno !! ( Kali ini dia mengusap bibirnya, menangis ).
Reno : “Aku sayang kepadamu, Ri. Aku
masih mencintaimu. Aku ingin kau jadi milikku lagi.”
Riri : “Dengan cara seperti ini !!?”
Reno : “Maafkan aku, Ri. Tapi bibirmu
begitu menggodaku. Aku ga' bisa menahannya.”
Riri : “Mulai saat ini jangan ganggu
aku lagi. Aku benci kamu, Reno !!” ( Menampar pipi Reno dan pergi
meninggalkannya ).
Reno : “Gadis kecil yang kaku. Kini
bibirmu telah kudapatkan. Manis juga ternyata rasanya. Jadi ingin
menciumnya lagi.
Karena kejadian itu, Riri mengalami
trauma. Kemanapun Riri pergi harus ada yang menemani. Dan kini Dika
telah kembali. Sempat merasa kecewa kepada Riri, tapi karena cintanya
yang besar kepada Riri, Dika memaafkannya. Dan bahkan dalam waktu
dekat ini Dika akan melamar Riri.
**Gomenne... Gomenne.... Kalau
ceritanya sedikit sara. Tapi aku bosan nulis cerita tentang
cinta-cinta yang monoton, kalau cerita tentang horor takut malah
kejadian. Dan cerita seperti ini paling banyak responnya. Sekali lagi
GOMENNE.... Ini hanya cerita, jika ada kesamaan nama, tempat dan alur
mohon dimaafkan.**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar