Gaara Transforms Into Tree Stump - Naruto

Rabu, 21 November 2012

# ILUSI YANG MEMATIKAN #

Pagi itu, Riri yang sedang asyik main basket di taman melihat pengendara motor menabrak seorang pejalan kaki. Namun karena tidak mau bertanggungjawab, pengendara motor itupun melarikan diri. Karena posisi Riri yang paling dengan dengan tempat kejadian, tanpa ragu Riri menolong korban kecelakaan itu.

Riri : ( Panik, dan marah-marah ) “Wah, kurang ajar tuch orang ! Ga' tanggung jawab ! Woy, ke sini Lo !!!”
Reno : “Sudah, sudah, mbak. Saya ga' apa-apa kok.” ( Bangkit dari kuburnya, eh jatuhnya ).
Riri : “Lhoh, kak Reno ??” ( Reno, mantan Riri sewaktu SMA ).
Reno : “Oh, Riri. Lama ga' ketemu.”
Riri : “Wach, kalau tahu kamu yang jadi korban, sudah aku kejar tuch orang terus kupukuli hingga babak belur.” ( Dengan menunjukkan teknik beladiri ).
Reno : “Sudah, tenang saja. Cuma lecet gini. Ini mah biasa.”
Riri : “Ya tapi kudu diobati, Ren. Kalau ga' nanti bisa infeksi.”
Reno : “Iya, iya. Kamu masih perhatian seperti dulu, Ri.” ( Reno terlihat bergairah ).
Riri : “Mmm, lebih baik kakak pulang saja terus diobati.”
Reno : “Iya. Kalau begitu aku pulang dulu, ya.”
Riri : “Hati-hati, Ren.”

Beberapa menit sepeninggal Reno yang hendak mengobati lukanya, Riri melihat sesuatu jatuh tepat di tempat Reno jatuh tadi. Diambil, lalu dilihatnya. Sebuah foto perempuan cantik dengan pakaian yang indah dan terlihat sexy. Pikir Riri, mungkinkah dia pacar Reno ? Di belakang foto itu terdapat tulisan “Reno Love Dea, tunggu aku kembali.” Riri tercengang, apa-apaan ini, kenapa hatinya sakit seperti ini. Walaupun sudah putus, tapi Riri masih menyukai Reno. Padahal Riri sendiri sudah memiliki pacar, Dika namanya.

Keesokan harinya di tempat kerja, waktu jam makan siang Riri berbincang-bincang kepada temannya, Minny, menceritakan kejadian kemarin yang dialaminya.

Riri : “Gitu, Min.”
Minny : “Jadi orang jangan maruk, Ri. Kamu sudah memiliki pacar. Dia juga. Sudahlah. Jalan hidup kalian sudah berbeda.”
Riri : “Iya, aku tahu. Tapi aku bingung dengan hatiku. Setelah kejadian kemarin hatiku bimbang. Aku sayang sama Dika, dan juga aku masih sayang sama Reno.”
Minny : “Jangan bilang kamu pacaran sama Dika karena pelarian. Kasihan Dika, Ri.”
Riri : “Awalnya gitu. Tapi karena aku tahu Dika begitu sayang denganku, ya aku mulai menyayanginya. Bahkan sudah ga' memikirkan Reno lagi.”
Minny : “Menyukai oranglain yang telah memiliki kekasih boleh-boleh saja, kok, Ri. Asal jangan saling menyakiti.”
Riri : “Tapi aku bingung, Min. Nih nih, foto tuch cewek.” ( Sambil menunjukkan foto cewek yang bernama Dea itu kepada Minny ).
Minny : “Wach, kalau ini jelas Reno ga' salah pilih. Cewek ini cantik, sexy lagi. Haahha !!”
Riri : “Yeee !! Bukannya dikasih solusi malah ngeledek.”
Minny : “Habisnya aku bingung. Salah-salah nanti solusiku kamu juga yang marah sama aku. Aku kan ga' tahu apa-apa dengan hatimu. Cinta itu bukan seperti matematika atau IPA yang sudah pasti jawabannya. Tapi cinta itu seperti Bahasa Indonesia, yang harus dideskripsikan, diubah dari puisi ke prosa.”
Riri : “Gagal jadi guru, ya ?”
Minny : “Yee, sudahlah, kita makan dulu saja.”

Merasa kesal dengan Minny, Riri kembali ke meja kasir. Di sana dia masih memikirkan Reno, cinta pertamanya. Tiba-tiba handphone Riri berdering. Dari Dika ternyata.

Dika : “Hai, Sayangku.”
Riri : “Hai juga, Sayang.”
Dika : “Gimana, sudah makan belum ?” ( Setiap hari selalu mengingatkannya makan ).
Riri : “Sudah, kok. Tapi ga' habis. Menunya ga' enak. Kalau kamu ?”
Dika : “Aku juga sudah, kok. Ya sudah, kamu sehat-sehat ya di sana. Jangan nakal.”
Riri : “Kamu juga.”
Dika : “Pastinya. Ya sudah, seminggu lagi aku pulang, jadi kamu ga' kesepian lagi.”
Riri : “Iya, Sayang. Ya sudah, aku kerja dulu lagi, ya.”
Dika : “Iya. Selamat bekerja, Sayang. Daaa..”
Riri “ Daa...”

Dika memang sedang pergi keluar kota mengikuti orangtuanya yang sedang bisnis. Riri bisa bebas selama ditinggal pergi Dika. Tapi sebenarnya dia juga tak ingin menduakan Dika. Seminggu lagi Dika pulang, maka dari itu sebisa mungkin Riri berusaha dekat dengan Reno selagi bisa.

Jam pulang kerja akhirnya tiba. Dengan buru-buru Riri pulang. Tapi malah ban motornya kempes. Kebingungan Riri hingga mengacak-acak rambutnya. Tiba-tiba seseorang merapikan kembali rambut panjang Riri. Dengan belaian yang nikmat hingga membuat jantung Riri seakan berhenti. Reno memang orangnya agak bernafsu.

Reno : “Hai, Riri.”
Riri : ( Terrperangah ). Hah, Reno ?”
Reno : “Iya. Kenapa kaget gitu, sih ? Rambut sendiri kok diacak-acak.”
Riri : “Ban motor kempes.” ( Dengan imutnya sambil menunjukkan kepada Reno ).
Reno : “Kalau begitu ditambal saja.”
Riri : “Tambal ban dari sini jauh, Ren.”
Reno : “Kutemani hingga ketemu tambal ban, sekalian jalan-jalan.”
Riri : ( Langsung ceria ). “Yang benar ??” Eh, mmm... maksudku, ga' apa-apa ?”
Reno : “Lhoh, kenapa memangnya ?”
Riri : “Pacarmu.”
Reno : “Dia sedang ke Australia. Ada urusan yang harus dikerjakannya.”
Riri : “Oh, ya kalau begitu, ayok.”
Reno : “Oke.”

Dengan senang Riri berjalan mengikuti Reno yang menuntun motor Riri. Serasa kembali seperti beberapa tahun yang lalu ketika masih SMA. Betapa senangnya ia hari itu. Kebetulan sekali Dika sedang pergi, dan Dea juga keluar negeri malahan. Jadi dia bisa bebas bersama dengan Reno kapan saja. Walaupun dia juga harus berhati-hati dengan sikap Reno yang bernafsu tinggi itu. Riri memang tak cantik, tapi bibir dan matanya sangat menggoda. Riri memutuskan hubungan dengan Reno juga karena Reno menduakannya.

Ban selesai ditambal. Tapi Reno malah mengajak Riri jalan-jalan ke sebuah taman. Kapan lagi bisa bersama Reno jika tidak sekarang, walapun Riri tahu itu sangat menyakiti Dika.

Reno : “Rambutmu masih seperti dulu, Ri. Lembut.”
Riri : “Maklumlah. Perawatan.”
Reno : “Oh, wangi juga soalnya. Boleh aku mencium lagi rambutmu ?”
Riri : ( Terkejut, apa ini, jantungnya berdegup kencang ). “Mmm.” ( Mengangguk, mengiyakan ).

Karena diijinkan oleh Riri, tanpa ragu Reno menciumi rambut lembut Riri. Mulailah Reno dengan aksinya, bahkan ia hampir mencium bibir mungil Riri. Tapi Riri membuyarkan ilusi Reno.

Riri : “Mmm, Reno ?”
Reno : “Eh, mmm, maaf, Ri. Rambutmu benar-benar membuatku nyaman saat menciumnya.”
Riri : “Lebih baik aku pulang saja, Ren.” ( Beranjak dari duduknya ).
Reno : “Perlu diantar ?”
Riri : “Ga' usah. Aku kan bawa motor. Permisi.” ( Riri langsung pergi karena ketakutan ).
Reno : “Dasar. Riri, lihat saja, aku akan mendapatkan bibirmu. Dulu aku belum bisa mendapatkannya. Tapi besok, aku akan mengubah semuanya. Kutahu, kamu belum sekalipun berciuman.”

Keesokan harinya di tempat kerja Riri. Ketika itu Riri sedang melamun karena pengunjung hari itu benar-benar sepi. Sedangkan Minny sibuk dengan buku-buku yang hendak ia kemas ke dalam kardus karena sudah tak laku dijual. Tiba-tiba saja lamunan Riri buyar ketika seorang cowok mengagetkannya. Reno ternyata.

Reno : “Hey, ngelamun saja.”
Riri : ( Ketakutan ). “Oh, Reno. Ngagetin saja.”
Reno : “Habisnya kamu mengelamun terus.”
Riri : “Pengunjungnya sepi, nih. Ga' ada kerjaan.”
Reno : “Kalau gitu mau ga' antarkan aku nyari buku tentang musik ? Mau, ya.”
Riri : “Mmm, ya, baiklah.”

Riri tak tahu jika Reno hendak berniat jahat kepadanya. Reno memang maniak, jika belum mendapatkannya, maka ia akan terus mengejar hingga mendapatkannya.

Riri : “Kamu masih ngeband ?”
Reno : “Iyalah. Terus berusaha, siapa tahu jadi terkenal.”
Riri : “Yaa kalau sudah terkenal jangan lupain aku.”

Tangan Reno merangkul penuh nafsu kepada Riri. Riri memang tak secantik Dea, tapi bibir dan matanya begitu menggoda. Pas saja, tempatnya yang di pojok membuat Reno leluasa.

Reno : “Aku ga' akan pernah melupakanmu, Ri.”

Reno berkata demikian sambil mendekatkan bibirnya dengan bibir Riri, tapi belum berciuman. Reno mendorong Riri, dan membalikkannya sehingga mereka saling berhadapan. Reno menahan tubuh Riri dengan kedua tangannya yang berada di pundak Riri agar Riri tak bisa melepaskan diri,

Riri : “Kakak, apa-apaan, sih !!? ( Ia ketakutan ).
Reno : “Tenang saja, Ririku yang manis.”
Riri : “Lepaskan aku, Reno !”
Reno : “Jangan berteriak, Sayangku. Aku akan membuatmu merasa nyaman di dekatku lagi. Aku masih mencintaimu, Ri.”
Riri : “Maaf, Ren. Aku sudah memiliki pacar, kamu juga, kan ?”
Reno : “Kita bisa selingkuh. Backstreet seperti dulu.”
Riri : “Ga !! Aku ga' bisa. Lepaskan aku, Reno. Aku ga' bisa bergerak.”
Reno : “Tenanglah sedikit, Sayangku. Aku akan melepaskanmu setengah jam lagi. Riri, apakah kamu masih menyukaiku ??”
Riri : “Mmm, sebenarnya...........”

Belum sempat selesai Riri menjawab pertanyaan, langsung saja Reno mencium bibir Riri dengan penuh nafsu. Ingin berteriak, namun tak bisa. Dia benar-benar lemas hingga tak bisa berkutik. Mata yang tadi terbelalak, kini mulai terpejam merasakan nikmatnya berciuman, dengan Reno, mantan pacarnya. Riri masih kaku karena itu adalah ciuman pertamanya. Padahal Riri ingin memberikannya kepada Dika.

Reno terus menciumi bibir Riri. Bahkan kini tangannya mulai membuka kancing baju seragam Riri. Kancing pertama terbuka. Begitupun yang kedua. Tapi Riri tersadar, dan dengan sekuat tenaga mendorong Reno. Ia akhirnya lepas dari cengkaraman Reno.

Riri : “Apa yang mau kamu lakukan !!?” ( Sambil mengancingkan kembali baju seragamnya ).
Reno : ( Dengan mata tajamnya, memandang Riri penuh nafsu, mengelus-elus bibirnya sendiri )
Riri : “Apa yang mau kamu lakukan kepadaku, Reno !! ( Kali ini dia mengusap bibirnya, menangis ).
Reno : “Aku sayang kepadamu, Ri. Aku masih mencintaimu. Aku ingin kau jadi milikku lagi.”
Riri : “Dengan cara seperti ini !!?”
Reno : “Maafkan aku, Ri. Tapi bibirmu begitu menggodaku. Aku ga' bisa menahannya.”
Riri : “Mulai saat ini jangan ganggu aku lagi. Aku benci kamu, Reno !!” ( Menampar pipi Reno dan pergi meninggalkannya ).
Reno : “Gadis kecil yang kaku. Kini bibirmu telah kudapatkan. Manis juga ternyata rasanya. Jadi ingin menciumnya lagi.

Karena kejadian itu, Riri mengalami trauma. Kemanapun Riri pergi harus ada yang menemani. Dan kini Dika telah kembali. Sempat merasa kecewa kepada Riri, tapi karena cintanya yang besar kepada Riri, Dika memaafkannya. Dan bahkan dalam waktu dekat ini Dika akan melamar Riri.


**Gomenne... Gomenne.... Kalau ceritanya sedikit sara. Tapi aku bosan nulis cerita tentang cinta-cinta yang monoton, kalau cerita tentang horor takut malah kejadian. Dan cerita seperti ini paling banyak responnya. Sekali lagi GOMENNE.... Ini hanya cerita, jika ada kesamaan nama, tempat dan alur mohon dimaafkan.**

Tidak ada komentar: