Sebut saja namanya Gia, perempuan ini
sedang mengalami kesulitan ekonomi di keluarganya. Karena itu, Gia
merubah penampilannya menjadi laki-laki. Walaupun dari luar dia
tampak laki-laki, namun perasaan cintanya sama seperti perempuan,
karena dia memang perempuan. Tubuhnya yang mungil dan kecil
seringkali membuat orang lain heran, apakah dia perempuan atau
laki-laki. Dia memotong rambutnya pendek sekali menyerupai laki-laki
pada umumnya. Memakai pakaian yang ala kadarnya dan terkadang
bersikap benar-benar seperti laki-laki.
Pada suatu hari ketika dia sedang
mencari pekerjaan. Tiba-tiba saja dari kejauhan ada suara klakson
mobil keras sekali mengagetkan Gia. Dia hampir saja tertabrak.
Keluarlah Sang Pangeran dari dalam mobilnya.
Deka : “Mas, kalau mau menyebrang
lihat-lihat, dong. Kalau tidak bisa menyeberang, minta bantuan orang
lain !”
Gia : “Oh, maaf. Maaf.”
Deka : “Tapi tidak ada yang luka, kan
?”
Gia : “Tidak, kok. Tenang saja. Hanya
kaget saja.”
Deka : “Untung Anda laki-laki, kalau
perempuan pasti kuantarkan ke rumah sakit.”
Gia : “Saya perempuan mas.”
Deka : “Hey, saya tidak buta. Anda
itu laki-laki.”
Gia : ( tersadar jika dirinya
berpenampilan laki-laki ) “Hehhe.. Maksudnya biar mas nya tidak
marah dan kita bisa jadi akrab begitu.”
Deka : “Oh.. Oh iya, kita belum
berkenalan. Anda siapa ?”
Gia : “Saya Gi.....” . “Gio.”
Deka : “Saya Deka. Kamu sedang apa,
Gio, kok sepertinya kamu sedang mencari pekerjaan ?”
Gia : “Iya. Aku sedang mencari
pekerjaan, nih. Susah. Sudah 2 hari ini belum dapat pekerjaan.”
Deka : “Kebetulan, tokoku sedang
membutuhkan karyawan laki-laki. Jika kamu mau, ayo ikut aku.”
Gia : “Pekerjaan apapun akan aku
lakukan yang penting halal.”
Deka : “Oke. Ayo ikut aku.”
Tanpa ragu Gia ikut dengan Deka. Selain
karena sedang mencari pekerjaan, diam-diam Gia suka dengan Deka
karena Deka tampan, dan yang pasti kaya.
Sesampainya di toko milik Deka, Gia
terperangah. Toko alat-alat bengkel. Apa-apaan ini, apakah dia bisa
bekerja di sini. Dia bukan anak laki-laki yang mengerti alat-alat
bengkel.
Gia : “Deka, ini tokomu ?”
Deka : “Iya. Memangnya kenapa ? Kamu
tidak mau bekerja di sini, ya ?”
Gia : “Apa aku bisa bekerja di sini,
Ka ? Aku tidak mengerti apa-apa tentang ini semua.”
Deka : “Apa maksudmu ? Sebagai
lelaki, masa' kamu tidak tahu.”
Gia : “Iya juga sih. Tapi....”
Deka : “Jika kamu tidak tahu,
tanyakan padaku. Aku selalu di sini, kok.”
Gia : “Iya sudah, jadi hari ini aku
langsung bekerja ?”
Deka : “Yap.”
Saking senangnya mendapatkan pekerjaan,
tak sadar Gia memeluk Deka. Beberapa menit kemudian, Gia sadar dan
malu telah memeluk Deka.
Jam 12 siang waktunya makan siang. Gia
lupa bawa bekal makannya, dan akhirnya Deka mengajaknya makan di
restoran. Karena kelaparan, Gia makan dengan cepat dan banyak sekali
hingga mulutnya penuh makanan.
Deka : “Kamu kelaparan, Gio ?”
Gia : “Hehhe, habisnya belum pernah
aku makan enak seperti ini. Ini enak sekali, Deka. Sering-sering saja
seperti ini, ya. Hehehhe.”
Deka : “Hehhe.. Tenang saja. Jika
kamu rajin bekerja pasti akan aku traktir kamu.”
Gia : “Yes. Makan dulu yok. Lapar
nih.”
Esok harinya Gia lupa arah toko Deka,
sedangkan kali ini dia mengendarai sepeda motor butut milik ayahnya.
Tiba-tiba dia melihat mobil Deka, di sana ada perempuan yang sedang
bediri di dekat mobil Deka.
Gia : “Itu kan mobilnya Deka.
Jangan-jangan Deka sudah punya pacar ? Wach, kalau begini caranya
pupus sudah harapanku. Aku berdandan laki-laki seperti ini hanya
semata-mata ingin mendapatkan pekerjaan, tapi jika sudah lihat yang
bening-bening seperti Deka ya aku tidak bisa nolak. Tapi siapa ya
wanita itu.”
Tiba-tiba Deka datang dan mencium pipi
wanita itu. Pikir Gia mungkin memang dia pacar Deka. Dia mengikuti
dari belakang, dan sampailah ke toko Deka.
Deka : “Hey, Gio. Kamu hafal jalan,
ya ?”
Gia : “Lupa-lupa sedikit, hehheheh.”
Deka : “Hahha. Oh iya, kenalkan ini
Masya, dia baru saja pulang dari Belanda.”
Masya : “Masya. Kamu ini laki-laki
atau perempuan ? Kok tubuhmu mungil sekali.”
Gia : “Aku laki-laki. Mana mungkin
aku bekerja di sini jika aku perempuan.”
Deka : “Iya, Sya. Dulu aku juga
pernah berfikir jika dia ini perempyan, tapi ternyata memang
laki-laki. Lihat, dandanannya saja laki-laki sekali.”
Gia : “Apa yang dikatakan Deka benar.
Mungkin karena aku kurang gizi jadi mungil.”
Deka : “Gio ini memang suka melucu.
Ayo masuk.”
Mereka masuk dan mulai bekerja. Ketika
Gia ke belakang untuk membuang sampah, tak diduga Masya mengikuti,
dia merasa curiga dengan Gia. Wajahnya perempuan sekali, kulitnya
mulus, tapi pakaian dan cara berjalannya laki-laki sekali.
Gia : “Jangan-jangan Masya curiga
denganku. Aduh, jika seperti ini aku harus jaga jarak dengan Masya.
Kalau tidak bisa-bisa aku ketahuan. Lalu, apakah Masya itu kekasihnya
Deka?”
Masya : “Oh, jadi kamu ini memang
perempuan ?”
Gia : “Hah ? Masya ?”
Masya : “Kenapa ? Kok kaget seperti
itu ? Takut ya jika kulaporkan pada Deka ? Kamu akan dipecat, dan
harus mencari pekerjaan lagi. Iya kan ?”
Gia : “Masya, aku mohon. Aku sangat
membutuhkan pekerjaan ini. Jangan bilang pada Deka.”
Masya : “So ?”
Masya meninggalkan Gia yang takut dan
was-was jika Deka memecatnya. Selain itu juga pasti Deka sangat
membenci Gia. Akhirnya Gia menyusul ke ruang Deka. Di sana Masya
sudah menceritakan semuanya. Wajah Deka wajah marah.
Masya : “Tak punya malu.”
Gia : “Deka, aku minta maaf. Aku
tidak bermaksud membohongimu. Aku benar-benar menyesal. Aku mohon
jangan pecat aku. Aku berpenampilan laki-laki juga agar mudah
mendapatkan pekerjaan. Aku sangat butuh pekerjaan ini. Aku buka Gio,
tapi Gia. Aku dulu juga sudah bilang, kan, jika aku perempuan, tapi
kamu tidak percaya.”
Deka : “Sudah selesai pidatonya ?
Sekarang kemasi barangmu, dan jangan pernah menginjakkan kaki di
tokoku ini.”
Gia : “Deka ??” ( airmatanya mulai
keluar )
Masya : “Rasakan itu !!”
Deka : “Ayo cepat !!!” ( menggebrak
meja )
Dengan sedih, Gia meninggalkan toko
itu. Dia benar-benar dipecat. Sedangkan Masya malah genit menggoda
Deka.
Masya : “Kamu memang tegas sekali,
Deka. Berani memecat karyawanmu. Siapa dia hingga dia bisa bekerja di
sini. Kamu juga jangan sembarangan menerima karyawan.”
Deka : “Kamu ini crewet sekali, Sya.
Diam !!”
Ternyata Deka juga sedih memecat Gia.
Baru kali ini dia bertemu dengan Gia yang berjuang demi hidupnya.
Tapi Deka malah memecat Gia yang memang membutuhkan pekerjaan itu.
Hari demi hari Deka tidak bisa melupakan kelucuan, kekonyolan,
kekuatan, dan keceriaan Gia. Dia rindu kepada Gia. Akhirnya Deka
memutuskan untuk mencari Gia dan menyatakan cinta pada Gia. Tapi
dicarinya kesana kesini tak ketemu juga. Deka putus asa. Tiba-tiba
ada yang usil melempari Deka dengan kerikil kecil. Ternyata Gia. Kali
ini Gia berpenampilan perempuan. Rambutnya sedikit mulai panjang.
Deka : “Gia !!!”
Gia : “Hehhe.. kenapa sendirian di
situ ?”
Deka : “Aku mencarimu.”
Gia : “Mencariku ?”
Deka : “Iya. Aku rindu padamu.”
Gia : “Aku ini laki-laki. Masa' jeruk
makan jeruk.”
Deka : “Tidak, kamu ini perempuan
yang manis dan cantik. Gia, kamu mau tidak menjadi kekasihku ? Aku
tidka bisa tidur jika tak melihat senyummu.”
Gia : “Hyperbola, kamu.”
Deka : “Apa kamu tidak suka denganku,
Gia ?”
Gia : “Deka Deka, mana ada sih perempuan yang mau menolakmu.”
Gia : “Deka Deka, mana ada sih perempuan yang mau menolakmu.”
Deka : “Jadi kamu menerima cintaku ?”
Gia mengangguk. Deka memeluk Gia karena
saking senangnya. Jadi kali ini mereka benar-benar pacaran. Gia
mendapatkan pekerjaan yang semestinya untuk perempuan, dan Deka
membuka cabang baru. Sedangkan Masya kembali ke Belanda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar