Dia tahu ga' ya
kalau aku suka sama dia. Aku ingin bersamanya, sehari saja. Walaupun
sebenarnya itu ga' mungkin terjadi. Aku dan dia sudah memiliki jalan
hidup masing-masing. Tapi aku menyukainya.
Begitulah tulisan tangan Gina di buku hariannya. Dia baru saja memulai menulis buku harian semenjak melihat Dewa, cowok yang sudah lama dia taksir. Gina naksir Dewa ketika Gina masih SMP. Dan sekarang Gina sudah bekerja di sebuah toko buku ternama di kotanya. Sebenarnya Dewa tahu jika Gina menyukainya. Tapi perbedaan umur yang terlalu jauh membuat Gina pasrah.
Pada suatu ketika. Saat itu Gina sedang jalan-jalan bersama dengan adiknya, Cecilya. Tak tahunya di sana ada juga Dewa, bersama seorang wanita.
Gina : “Cil, kamu tahu siapa cewek yang sama kak Dewa itu ?”
Cecil : “Lho, itu bukannya istrinya kak Dewa, kak ?”
Gina : “Double WHAT !! Istrinya ??” ( Gina kaget bukan main ).
Cecil : “Iya. Kakak, sih ga' tahu. Kak Dewa sudah punya istri, kak. Namanya kak Tami.”
Gina : “Kapan mereka menikah, Cil ?”
Cecil : “Ga' tahu aku, kak. Aku juga cuma di kasih tahu sama Icha.”
Gina : “Icha temenmu itu, ya ?”
Cecil : “Iya. Dia kan tetangga dekatnya kak Dewa, kak.”
Gina : “Jadiii... Jadi semua harapan aku selama ini sia-siaaa ???” ( Tak sadar dengan ucapannya. Pasalnya Gina harus menyembunyikan ketertarikannya pada Dewa ).
Cecil : “Harapan sia-sia, kak ? Kakak suka ya sama kak Dewa, hayooo ??”
Gina : “Sssttt, anak kecil sok tahu. Issshhh... Sudah yok, jalan lagi, Cil. Aku patah hati.”
Mengetahui itu Gina langsung mogok makan, mogok mandi bahkan mogok bekerja. Hingga ibunya masuk kamar Gina yang super berantakan karena patah hati.
Ibu : “Ya ampun, Gina. Kamu itu cewek. Kamar kayak kapal pecah gini.”
Gina : “Titanik juga tetep bagus walaupun pecah, bu.”
Ibu : “Kamu itu kenapa ??”
Gina : “Sakit, bu.”
Tiba-tiba datanglah Cecil mengganggu Gina.
Cecil : “Patah hati, bu !!”
Gina : “Apa, Lo !!”
Cecil : “Kak Gina patah hati, bu. Kemarin aku sama kak Gina ketemu kak Dewa di jalan. Kak Dewa bawa cewek, dan cewek itu istrinya. Kak Gina langsung patah hati. Hahahha !!!
Ibu : “Haduuuh, Gina. Kamu ada-ada saja.”
Gina : “Bukan ada-ada saja, bu. Memang ada. Ada perasaan sakit.”
Ibu : “Sudah sana mandi dulu. Kerja, kan ?”
Gina : “Aku mau mogok kerja, bu.”
Ibu : “Gin, Dewa sudah memiliki istri. Ga' mungkin kamu seperti ini gara-gara Dewa. Dia juga ga' akan memiliki istri 2. Apa kamu mau dijadikan istri keduanya ? Dewa juga tetangga kita. Ga' baik menikah dengan tetangga.”
Gina : “Istri kedua ?”
Cecil : “Istri ketiga dia juga mau, bu. Asal sama-sama sama kak Dewa dia sudah seneng.”
Gina : “Sekali lagi Lo bacot gue tabok.”
Ibu : “Malah berantem !! Cepet sana mandi, Gin. Nanti telat.”
Dengan rasa malas yang masih mengahantui, Gina menuju kamar mandi. Pikirnya tentang istri kedua, rasanya bagus juga.
Setibanya di tempat kerja Gina.
Gina : “Ira, aku mau tanya.”
Ira : “Apa ?”
Gina : “Dosa ga' ya kita menyukai cowok yang sudah punya istri ?”
Ira : “Ngggg.... Pertanyaan apa itu ?”
Gina : “Aku galau !!”
Ira : “Galau kenapa ? Biasanya kamu itu ceria setiap harinya.”
Gina : “Aku kasih tahu tapi jangan bilang sapa-sapa. Aku suka sama cowok yang sudah beristri, Ra. Dosa ga' itu ?”
Ira : “Hahahhahahha !!!”
Gina : “Malah ketawa.”
Ira : “Lucu aja, Gin. Hmmm.... Menurutku ga'. Selagi ga' merusak hubungan mereka saja.”
Gina : “Tapi kalau aku mau jadi istri keduanya, dosa ga' ?”
Ira : “Kamu sudah gila ? Setahuku, sitri kedua itu selalu dibenci istri pertama. Pasalnya kamu lebih muda daripada istri pertama, lebih cute-cute, nah, kalau si suami pergi kerja kamu bisa dibunuh. Mendingan jangan. Kayak ga' ada cowok lain saja.”
Gina : “Kamu ga' tahu, sih. Aku sudah memendam perasaan ini sejak SMP kelas 2. berapa tahun coba, sekarang aku sudah kerja gini.”
Ira : “Tapi, apa kamu memang benar-benar mau jadi istri keduanya ? Ga' takut dibunuh sama istri pertama ?”
Belum sempat menjawab, ada costumer yang datang ke kasir.
Dewa : “Permisi, saya mau mencari buku tentang ibu-ibu hamil di mana, ya ?”
Gina tahu bahwa itu Dewa, cowok beristri yang sudah dia sukai sejak SMP datang ke tempat kerjanya.
Dia kaget bukan main melihat Dewa datang. Lebih kaget lagi ketika Gina mendengar Dewa mencari buku tentang ibu-ibu hamil.
Gina : “Kak Dewa ?”
Dewa : “Eh, Gina. Kerja di sini ?”
Gina : “Iya, kak. Apa kabar ?” ( Mengulurkan tangannya berharap bisa menyentuh tangan Dewa ).
Dewa : “Baik. Wah, kalau tahu aku kerja di sini tadi aku nitip buku.” ( Menjabat tangan ).
Gina : “Ya, kan memang kita jarang ketemu, kak. Lagipula kakak sudah punya istri.”
Dewa : “Ya, itu benar. Oh iya, buku tentang ibu-ibu hamil di mana ?”
Gina : “Ikut aku, kak.”
Sebenarnya Gina patah hati lagi ketika Dewa mencari buku tentang ibu hamil. Berarti sebentar lagi Dewa sudah memiliki anak hasil dari pernikahan Dewa dengan istrinya. Tapi dia juga senang, berdua bersama Dewa mencari buku itu.
Gina : “Sudah berapa bulan kak kandungan istri kakak ?”
Dewa : “Baru 2 minggu, kok.”
Gina : “Semoga anaknya sehat, ya kak.”
Dewa : “Amin. Baru kamu lho yang mendoakan begitu.”
Gina : “Yang benar ?”
Dewa : “Iya. Oh, iya, pacarmu orang mana ??”
Gina : “Ga' punya pacar, kak aku. Ga' punya pacar tapi patah hati terus.”
Dewa : “Kok bisa ?”
Gina : “Memendam perasaan, kak. Sakit juga ternyata.”
Dewa : “Makanya, kalau kamu punya rasa sama orang ungkapin saja.”
Gina : “Maunya sih gitu. Tapi dia sudah memiliki....... .”
Dewa : “Pacar ?”
Gina : “Iya, kak. Kan ga' mungkin aku merebutnya. Padahal aku sudah memendam perasaan itu sejak SMP. Bayangkan, kak, berapa tahun coba.”
Dewa : “Tunggu putus aja. Hehhehhh...”
Gina : “Keburu jenggotan, kak aku. Tapi ga' mungkin juga mereka putus, soalnya sudah memiliki ikatan yang dalam lebih dari pacaran, kak.”
Dewa : “Kok jadi murung kamu ? Hmmm... Besok ikut aku mau ga' ?”
Gina : ( Dengan tanpa pikir panjang ). “Mau !!”
Dewa : “Ha ??”
Gina : “Ech, kemana, kak ?”
Dewa : “Jalan-jalan. Sekalian lihat-lihat baju bayi.”
Gina : “Istri kakak ?”
Dewa : “Ga' apa-apa. Kalau mau nanti aku datang ke rumahmu.”
Gina : “Ya sudah, aku mau.”
Keesokan harinya di rumah Gina. Gina dandan cantik banget.
Cecil : “Mau ke mana, kak kok cantik?”
Gina : “Diajak jalan sama kak Dewa. Wleeekk !!!”
Cecil : ( Heran ). “Hah, kok bisa, kak ?”
Gina : “Bisa, dong. Calon sitri kedua, nich.” ( Bangga ).
Cecil : “Kubilangin ibu baru tahu rasa.”
Gina : “Bialngin aja.”
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumah Gina. Dengan cepat Gina langsung membukakan pintu, ternyata memang Dewa. Tapi mereka tak langsung pergi. Mereka ngobrol-ngobrol dulu di rumah Gina.
Cecil : “Kak Dewa, kak Dewa mau menjadikan kak Gina istri kedua, ya ?”
Dewa : “Ha ? Maksudnya ?”
Gina : “Berisik amat, Lo, Cil. Udah diem napa.”
Cecil : “Kak Dewa, jawab dulu.”
Dewa : “Istri kedua apaan, Cil ?”
Gina : “Sudah, kak, ga usah digubris. Pergi sekarang saja, yok.”
Dewa : “Ya sudah, ayo.”
Mereka pergi juga. Jalan-jalan ke sana kemari. Padahal hari itu cuaca sangat panas. Apapun cuacanya, jika di dekat Dewa rasanya sejuk, batin Gina. Hingga mereka pada pemberhentian untuk makan di senuah restoutant.
Dewa : “Gin, boleh tanya ?”
Gina : “Boleh banget, kak. Apa ?”
Dewa : “Maksud adikmu tadi bilang istri kedua apa, ya ?”
Gina : “Hahha... Cuma Cecil aja digubris, kak. Sudah, dia memang suka ngawur gitu.”
Dewa : “Ga', Gin. Aku Serius !” ( Dengan nada kasar ).
Gina : ( Tercengang ). “Kakak....?”
Dewa : “Apa maksud perkataan adikmu tadi ?”
Gina : “Mmm...” ( Menundukkan kepala ).
Dewa : “Apa yang kamu ceritakan di toko kemarin adalah aku ? Apa kamu yang suka sama aku sejak SMP ? Apa kamu berharap menjadi istri keduaku ?”
Gina : “Mmmm....”
Dewa : “Jawab Gina. Aku ga' akan marah.”
Gina : “Iya, kak. Cowok yang aku suka sejak SMP ya kamu. Tapi aku tahu, tetanggan ga' boleh menikah. Boleh sih, tapi aneh aja. Terus umur kita juga selisihnya terlalu jauh. Aku juga waktu itu masih sekolah. Dan ga' mungkin juga aku bilang ke kakak kalau aku suka kakak. Aku takut kalau kakak malah menjauhiku. Dan soal istri kedua, aku hanya kepikiran aja, kak. Ga' berharap kok.”
Dewa : “Rumit. Aku ga' tahu harus gimana, Gin. Aku dulu juga tahu, nich anak kenapa ngeliatin aku terus, batinku begitu. Ternyata memang kamu dulu sudah menyukaiku, Gin ?”
Gina : “Iya. Tapi tenang saja, kak. Aku sudah lega kalau sudah bilang. Dan sekarang aku lega, meskipun sakit juga. Dan aku janji, aku ga' akan mengganggu hubungan kakak.”
Dewa : “Aku tahu kamu sakit banget. Lebih baik kita jadi kakak adik saja, gimana ? Aku janji kalau ada apa-apa aku hubungi kamu.”
Gina : “Aku takut istri kakak.”
Dewa : “Tenang aja. Kubilang kamu keponakanku.”
Gina : “Berbohong pada istri dosa, kan , kak ?”
Dewa : “Aku berbohong. Kamu keponakan jauhku. Hehhe....”
Gina : ( Tersenyum ). “Aku mau, kak.”
Begitulah kerumitan cinta Gina. Tapi indah di akhir walaupun Gina masih sedikit sakit hati.
Begitulah tulisan tangan Gina di buku hariannya. Dia baru saja memulai menulis buku harian semenjak melihat Dewa, cowok yang sudah lama dia taksir. Gina naksir Dewa ketika Gina masih SMP. Dan sekarang Gina sudah bekerja di sebuah toko buku ternama di kotanya. Sebenarnya Dewa tahu jika Gina menyukainya. Tapi perbedaan umur yang terlalu jauh membuat Gina pasrah.
Pada suatu ketika. Saat itu Gina sedang jalan-jalan bersama dengan adiknya, Cecilya. Tak tahunya di sana ada juga Dewa, bersama seorang wanita.
Gina : “Cil, kamu tahu siapa cewek yang sama kak Dewa itu ?”
Cecil : “Lho, itu bukannya istrinya kak Dewa, kak ?”
Gina : “Double WHAT !! Istrinya ??” ( Gina kaget bukan main ).
Cecil : “Iya. Kakak, sih ga' tahu. Kak Dewa sudah punya istri, kak. Namanya kak Tami.”
Gina : “Kapan mereka menikah, Cil ?”
Cecil : “Ga' tahu aku, kak. Aku juga cuma di kasih tahu sama Icha.”
Gina : “Icha temenmu itu, ya ?”
Cecil : “Iya. Dia kan tetangga dekatnya kak Dewa, kak.”
Gina : “Jadiii... Jadi semua harapan aku selama ini sia-siaaa ???” ( Tak sadar dengan ucapannya. Pasalnya Gina harus menyembunyikan ketertarikannya pada Dewa ).
Cecil : “Harapan sia-sia, kak ? Kakak suka ya sama kak Dewa, hayooo ??”
Gina : “Sssttt, anak kecil sok tahu. Issshhh... Sudah yok, jalan lagi, Cil. Aku patah hati.”
Mengetahui itu Gina langsung mogok makan, mogok mandi bahkan mogok bekerja. Hingga ibunya masuk kamar Gina yang super berantakan karena patah hati.
Ibu : “Ya ampun, Gina. Kamu itu cewek. Kamar kayak kapal pecah gini.”
Gina : “Titanik juga tetep bagus walaupun pecah, bu.”
Ibu : “Kamu itu kenapa ??”
Gina : “Sakit, bu.”
Tiba-tiba datanglah Cecil mengganggu Gina.
Cecil : “Patah hati, bu !!”
Gina : “Apa, Lo !!”
Cecil : “Kak Gina patah hati, bu. Kemarin aku sama kak Gina ketemu kak Dewa di jalan. Kak Dewa bawa cewek, dan cewek itu istrinya. Kak Gina langsung patah hati. Hahahha !!!
Ibu : “Haduuuh, Gina. Kamu ada-ada saja.”
Gina : “Bukan ada-ada saja, bu. Memang ada. Ada perasaan sakit.”
Ibu : “Sudah sana mandi dulu. Kerja, kan ?”
Gina : “Aku mau mogok kerja, bu.”
Ibu : “Gin, Dewa sudah memiliki istri. Ga' mungkin kamu seperti ini gara-gara Dewa. Dia juga ga' akan memiliki istri 2. Apa kamu mau dijadikan istri keduanya ? Dewa juga tetangga kita. Ga' baik menikah dengan tetangga.”
Gina : “Istri kedua ?”
Cecil : “Istri ketiga dia juga mau, bu. Asal sama-sama sama kak Dewa dia sudah seneng.”
Gina : “Sekali lagi Lo bacot gue tabok.”
Ibu : “Malah berantem !! Cepet sana mandi, Gin. Nanti telat.”
Dengan rasa malas yang masih mengahantui, Gina menuju kamar mandi. Pikirnya tentang istri kedua, rasanya bagus juga.
Setibanya di tempat kerja Gina.
Gina : “Ira, aku mau tanya.”
Ira : “Apa ?”
Gina : “Dosa ga' ya kita menyukai cowok yang sudah punya istri ?”
Ira : “Ngggg.... Pertanyaan apa itu ?”
Gina : “Aku galau !!”
Ira : “Galau kenapa ? Biasanya kamu itu ceria setiap harinya.”
Gina : “Aku kasih tahu tapi jangan bilang sapa-sapa. Aku suka sama cowok yang sudah beristri, Ra. Dosa ga' itu ?”
Ira : “Hahahhahahha !!!”
Gina : “Malah ketawa.”
Ira : “Lucu aja, Gin. Hmmm.... Menurutku ga'. Selagi ga' merusak hubungan mereka saja.”
Gina : “Tapi kalau aku mau jadi istri keduanya, dosa ga' ?”
Ira : “Kamu sudah gila ? Setahuku, sitri kedua itu selalu dibenci istri pertama. Pasalnya kamu lebih muda daripada istri pertama, lebih cute-cute, nah, kalau si suami pergi kerja kamu bisa dibunuh. Mendingan jangan. Kayak ga' ada cowok lain saja.”
Gina : “Kamu ga' tahu, sih. Aku sudah memendam perasaan ini sejak SMP kelas 2. berapa tahun coba, sekarang aku sudah kerja gini.”
Ira : “Tapi, apa kamu memang benar-benar mau jadi istri keduanya ? Ga' takut dibunuh sama istri pertama ?”
Belum sempat menjawab, ada costumer yang datang ke kasir.
Dewa : “Permisi, saya mau mencari buku tentang ibu-ibu hamil di mana, ya ?”
Gina tahu bahwa itu Dewa, cowok beristri yang sudah dia sukai sejak SMP datang ke tempat kerjanya.
Dia kaget bukan main melihat Dewa datang. Lebih kaget lagi ketika Gina mendengar Dewa mencari buku tentang ibu-ibu hamil.
Gina : “Kak Dewa ?”
Dewa : “Eh, Gina. Kerja di sini ?”
Gina : “Iya, kak. Apa kabar ?” ( Mengulurkan tangannya berharap bisa menyentuh tangan Dewa ).
Dewa : “Baik. Wah, kalau tahu aku kerja di sini tadi aku nitip buku.” ( Menjabat tangan ).
Gina : “Ya, kan memang kita jarang ketemu, kak. Lagipula kakak sudah punya istri.”
Dewa : “Ya, itu benar. Oh iya, buku tentang ibu-ibu hamil di mana ?”
Gina : “Ikut aku, kak.”
Sebenarnya Gina patah hati lagi ketika Dewa mencari buku tentang ibu hamil. Berarti sebentar lagi Dewa sudah memiliki anak hasil dari pernikahan Dewa dengan istrinya. Tapi dia juga senang, berdua bersama Dewa mencari buku itu.
Gina : “Sudah berapa bulan kak kandungan istri kakak ?”
Dewa : “Baru 2 minggu, kok.”
Gina : “Semoga anaknya sehat, ya kak.”
Dewa : “Amin. Baru kamu lho yang mendoakan begitu.”
Gina : “Yang benar ?”
Dewa : “Iya. Oh, iya, pacarmu orang mana ??”
Gina : “Ga' punya pacar, kak aku. Ga' punya pacar tapi patah hati terus.”
Dewa : “Kok bisa ?”
Gina : “Memendam perasaan, kak. Sakit juga ternyata.”
Dewa : “Makanya, kalau kamu punya rasa sama orang ungkapin saja.”
Gina : “Maunya sih gitu. Tapi dia sudah memiliki....... .”
Dewa : “Pacar ?”
Gina : “Iya, kak. Kan ga' mungkin aku merebutnya. Padahal aku sudah memendam perasaan itu sejak SMP. Bayangkan, kak, berapa tahun coba.”
Dewa : “Tunggu putus aja. Hehhehhh...”
Gina : “Keburu jenggotan, kak aku. Tapi ga' mungkin juga mereka putus, soalnya sudah memiliki ikatan yang dalam lebih dari pacaran, kak.”
Dewa : “Kok jadi murung kamu ? Hmmm... Besok ikut aku mau ga' ?”
Gina : ( Dengan tanpa pikir panjang ). “Mau !!”
Dewa : “Ha ??”
Gina : “Ech, kemana, kak ?”
Dewa : “Jalan-jalan. Sekalian lihat-lihat baju bayi.”
Gina : “Istri kakak ?”
Dewa : “Ga' apa-apa. Kalau mau nanti aku datang ke rumahmu.”
Gina : “Ya sudah, aku mau.”
Keesokan harinya di rumah Gina. Gina dandan cantik banget.
Cecil : “Mau ke mana, kak kok cantik?”
Gina : “Diajak jalan sama kak Dewa. Wleeekk !!!”
Cecil : ( Heran ). “Hah, kok bisa, kak ?”
Gina : “Bisa, dong. Calon sitri kedua, nich.” ( Bangga ).
Cecil : “Kubilangin ibu baru tahu rasa.”
Gina : “Bialngin aja.”
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumah Gina. Dengan cepat Gina langsung membukakan pintu, ternyata memang Dewa. Tapi mereka tak langsung pergi. Mereka ngobrol-ngobrol dulu di rumah Gina.
Cecil : “Kak Dewa, kak Dewa mau menjadikan kak Gina istri kedua, ya ?”
Dewa : “Ha ? Maksudnya ?”
Gina : “Berisik amat, Lo, Cil. Udah diem napa.”
Cecil : “Kak Dewa, jawab dulu.”
Dewa : “Istri kedua apaan, Cil ?”
Gina : “Sudah, kak, ga usah digubris. Pergi sekarang saja, yok.”
Dewa : “Ya sudah, ayo.”
Mereka pergi juga. Jalan-jalan ke sana kemari. Padahal hari itu cuaca sangat panas. Apapun cuacanya, jika di dekat Dewa rasanya sejuk, batin Gina. Hingga mereka pada pemberhentian untuk makan di senuah restoutant.
Dewa : “Gin, boleh tanya ?”
Gina : “Boleh banget, kak. Apa ?”
Dewa : “Maksud adikmu tadi bilang istri kedua apa, ya ?”
Gina : “Hahha... Cuma Cecil aja digubris, kak. Sudah, dia memang suka ngawur gitu.”
Dewa : “Ga', Gin. Aku Serius !” ( Dengan nada kasar ).
Gina : ( Tercengang ). “Kakak....?”
Dewa : “Apa maksud perkataan adikmu tadi ?”
Gina : “Mmm...” ( Menundukkan kepala ).
Dewa : “Apa yang kamu ceritakan di toko kemarin adalah aku ? Apa kamu yang suka sama aku sejak SMP ? Apa kamu berharap menjadi istri keduaku ?”
Gina : “Mmmm....”
Dewa : “Jawab Gina. Aku ga' akan marah.”
Gina : “Iya, kak. Cowok yang aku suka sejak SMP ya kamu. Tapi aku tahu, tetanggan ga' boleh menikah. Boleh sih, tapi aneh aja. Terus umur kita juga selisihnya terlalu jauh. Aku juga waktu itu masih sekolah. Dan ga' mungkin juga aku bilang ke kakak kalau aku suka kakak. Aku takut kalau kakak malah menjauhiku. Dan soal istri kedua, aku hanya kepikiran aja, kak. Ga' berharap kok.”
Dewa : “Rumit. Aku ga' tahu harus gimana, Gin. Aku dulu juga tahu, nich anak kenapa ngeliatin aku terus, batinku begitu. Ternyata memang kamu dulu sudah menyukaiku, Gin ?”
Gina : “Iya. Tapi tenang saja, kak. Aku sudah lega kalau sudah bilang. Dan sekarang aku lega, meskipun sakit juga. Dan aku janji, aku ga' akan mengganggu hubungan kakak.”
Dewa : “Aku tahu kamu sakit banget. Lebih baik kita jadi kakak adik saja, gimana ? Aku janji kalau ada apa-apa aku hubungi kamu.”
Gina : “Aku takut istri kakak.”
Dewa : “Tenang aja. Kubilang kamu keponakanku.”
Gina : “Berbohong pada istri dosa, kan , kak ?”
Dewa : “Aku berbohong. Kamu keponakan jauhku. Hehhe....”
Gina : ( Tersenyum ). “Aku mau, kak.”
Begitulah kerumitan cinta Gina. Tapi indah di akhir walaupun Gina masih sedikit sakit hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar