Braakk !!! Tak sengaja Syerin menabrak
seorang cowok dari belakang dengan sepedanya. Cowok itu terjatuh
hingga terluka, hanya lecet, sih, tapi dia marah-marah kepada Syerin.
Vino : “Woy !! Bisa naik sepeda tidak
sih !!”
Syerin : “Maaf, astagfirullah, saya
tidak sengaja. Maafkan atas kesalahan saya, mas.” ( kepalanya
tertunduk, merasa bersalah )
Vino : “Maaf maaf. Memangnya dengan
maaf lukaku bisa sembuh apa !!”
Syerin : “Lalu saya harus bagaimana
mas ? Aduhh, tapi serius dah, saya tidak sengaja.”
Syerin menengadahkan mukanya, membuat
Vino terpana. Wajahnya manis, matanya berbinar hampir nangis.
Jantungnya berdegup kencang setelah melihat paras cantik ada dalam
diri Syerin. Vino ingin tahu lebih dalam mengenai gadis itu, lalu
Vino mempunyai ide.
Vino : “Kamu menginap di rumahku
selama 3 bulan.”
Syerin : “Ha !! 3 bulan mas ??”
Vino : “Iya. Kenapa ! Kalau kamu
tidak mau yaa urusanmu dengan polisi.”
Syerin : “Aduuh, jangan mas. Saya
dari kampung, saya tidak punya keluarga di sini. Ini saja saya
menginap di rumah Paman saya.”
Vino : “Bodo amat soal itu. Gimana ?”
Syerin : “Saya ijin dulu sama Paman
saya, ya mas.”
Vino : “Kelamaan ! Sekarang cepat,
boncengkan aku dengan sepedamu itu ke rumahku.”
Syerin : “Tapi Paman saya, mas. Saya
harus menemui Paman saya agar dia tidak mencari saya.”
Vino : “Nanti biar itu aku yang
urus.”
Vino terus memaksa. Akhirnya Syerin
mau. Sebenarnya juga Syerin sedang mencari pekerjaan. Makanya dia
datang ke kota, eh malah jadi begini. Tiba di rumah Vino. Rumahnya besar,
tamannya juga besar. Maklum saja, Vino memang anak orang kaya, namun
orangtuanya sudah lama meninggal. Kini dia pewaris tunggal dan kini
memimpin perusahaan milik orangtuanya.
Syerin : “Wah, mas, rumahnya besar
sekali.”
Vino : “Jangan panggil Mas. Panggil
saja Vino.”
Syerin : “Oh, iya, maaf, Vino.
Hahha... kaku mas.”
Vino : “Biasakan saja memanggilku itu
!”
Syerin : “Iya iya. Jangan
marah-marah, nanti cepat tua.”
Vino : “Hm. Sekarang, obati kakiku
ini. Aku tidak mau infeksi.”
Syerin : “Oh, iya. Iya. Baiklah.”
Dengan setulus hati Syerin mengobati
kaki Vino akibat kesalahannya itu. Sedangkan Vino malah dengan
santainya menonton televisi. Tapi sesekali memandangi wajah Syerin
yang polos dan cantik itu.
Vino : “Cukup. Oh iya, namamu siapa
?”
Syerin : “Oh iya, daritadi saya belum
memperkenalkan diri. Kenalkan, nama saya Syerin.” (
mengajak salaman )
Vino : “Tanganmu kotor.”
Syerin : “Oh, maaf.”
Vino : “Bagus juga namamu, ya,
Syerin.”
Syerin : “Terimakasih, Vin. Mmm, jadi
saya di sini menginap ?”
Vino : “Yap. Tapi juga kamu jadi
asisten rumah tanggaku. Kebetulan, pembantu sedang pulang
kampung. Tenang saja, aku akan menggajimu.”
Syerin : “Mmm, ya kalau begitu aku
mulai sekarang saja, ya Vin. Rumahmu benar-benar kotor.”
Vino : “Tunggu !”
Syerin hendak memulai membersihkan,
namun ketika dia beranjak bangun dari duduknya, tangganya ditarik
oleh Vino hingga hampir terjatuh, untung saja Syerin terjatuh di atas
badan Vino. Wajah mereka berhadapan begitu dekat. Mereka terdiam
saling mengagumi dalam hati.
Syerin : “Subhanallah.. Begitu
indahnya mata mas Vino ini. Dari sikap kasarnya, ternyata ada sisi
keindahan yang tersembunyi dalam mata mas Vino. Ganteng sekali, Ya
Allah.”
Vino : “Gadis ini, kenapa jantungku
berdegup kencang. Apa ini.”
Setelah lama saling memngagumi, Syerin
tersadar, dan.............
Syerin : “Vino...”
Vino : “Eh, apa-apaan ini.”
Syerin : “Kamu duluan yang menarik
tanganku. Jadinya aku terjatuh.” ( bangun )
Vino : “Ohh, maaf. Tadi aku mau
meminta kamu untuk.... Mmm, menyiapkan handuk. Aku mau mandi.” (
Vino juga bangun dengan wajah malu ).
Syerin : “Oh, baiklah. Handuk ada di
mana , ya ?”
Vino : “Ada di atas. Ambil saja yang
warna biru.”
Syerin : “Baik, Tuan.”
Syerin mengambil handuk warna biru, dan memberikannya kepada
Vino yang ada di dalam kamar mandi telanjang dada.
Syerin : “Kamu di dalam, Vin ??”
Vino : “Iya. Mana handuknya ?”
Syerin : “Ini.”
Vino : “Mana !! Masuk sajalah.”
Syerin : “Ha !! Masuk ?! Tidak, Vin.
Jangan. Kita bukan muhrim.”
Vino : “Tidak apa-apa. Cepatlah !
Kalau tidak akan kutambah waktumu !”
Syerin : “Iya, baiklah.”
Perlahan namun pasti, Syerin memasuki
kamar mandi yang tengah dipakai oleh Vino. Untung saja ada pembatas
berupa plastik transparan, walaupun begitu Syerin tetap takut.
Syerin memberikan handuk itu, namun karena rasa gugupnya, Syerin
terpeleset dan akhirnya terjatuh.
Syerin : “Aduh,...”
Vino : “Kamu kenapa, Rin ?” ( dia
keluar dari bak dan kali ini benar-benar telanjang )
Syerin : ( melihat Vino )
“Astagfirullah, Vin. Tutupi badan kamu. Cepat !!”
Vino : “Tidak apa-apa. Ayo bangun.”
( mengulurkan tangan ).
Syerin : ( bangun dan membalikkan badan
) “Kamu tidak malu apa, Vin ?”
Vino : “Tidak. Kan kelak aku juga
akan memperlihatkannya kepada istriku.” ( memeluk Syerin )
Syerin : ( kaget ketika tubuhnya basah
karena Vino memeluknya ) “Kamu....”
Vino : “Kamu cantik sekali, Rin.
Entah kenapa, jantungku benar-benar bedegup kencang setelah
melihatmu. Mungkin aku jatuh cinta padamu.”
Syerin : “Tapi... tapi kita baru
berkenalan, Vin. Tidak mungkin secepat ini.”
Vino : “Aku merasa jauh mengenalmu
setelah memelukmu.” ( mendorong hingga Syerin terpojok )
Syerin : “Vin, aku tidak bisa
bergerak.”
Vino : “Maaf. Tapi aku ingin sekali
memelukmu seperti ini. Aku ingin kasih sayang darimu, Rin.
Selama 3 tahun yang lalu aku tidak pernah merasakan kasih sayang. Aku
mohon, sayangi aku.”
Syerin : “Tapi tolong lepaskan aku,
Vin. Aku tak bisa bergerak.
Vino : ( melepas pelukannya, tapi
tangannya masih menahan tubuh Syerin ) “Cium aku.”
Syerin : “Ha !! Cium kamu ?”
Vino : “Aku mohon.”
Tubuh Syerin bergemetar, takut, dan
gugup. Vino masih telanjang. Apa-apaan itu, sesuatu menyenggol perut
Syerin. Wajah Vino maju sedikit demi sedikit siap-siap mencium bibir
Syerin. Sedangkan mata Syerin merem karena baru pertama kalinya.
Mereka hampir dekat, dan akhirnya mereka berciuman. Berciuman lama
sekali, tangan Vino mulai turun, meraba tubuh Syerin. Dan membuka
kancing baju Syerin. Karena Syerin tak bisa bergerak sedikitpun, maka
dia pasrah saja. Asalkan Vino tidak mencuri strart. Vino memang
cabul. Kini Vino lengah, dan siap-siap Syerin untuk melepaskan diri,
dan akhirnya bisa. Segera Syerin menutupi badannya yang sudah terbuka
itu.
Syerin : “Anak bodoh !! Syeriiiinnn
!!! Kok bisa-bisanya sih bertemu dengan laki-laki macam Vino itu.
Kenapa jadi seperti ini, aaahh !! Aku harus pergi dari sini. Kasihan
Paman juga jika mencariku. Tapi aku pasti kena masalah, harus
berurusan dengan polisi. Tapi aku kan tidak sengaja, lagipula
luka Vino juga cuma lecet doang.”
Syerin pergi ke dapur. Menyiapkan
makan untuk Vino. Mereka makan berdua.
Vino : “Rin, maaf ya tadi di kamar
mandi.”
Syerin : “Oh. Iya, asal jangan
diulangi lagi. Kalau mau seperti itu, menikahlah dulu. Nanti kamu
dosa.”
Vino : “Menikah denganmu.”
Vino memulai lagi. Kedua tangannya
menahan wajah Syerin.
Vino : “Kamu mau, kan menikah
denganku ? Aku benar-benar jatuh cinta sekali padamu, Rin. Aku mohon.
Aku janji dan akan kubuktikan, aku tidak akan melakukan ini pada
gadis lain. Hanya kamu. Janjiku bukan janji manis. Aku benar-benar
bisa tahu arti kasih sayang darimu ketika kamu mengobati kakiku
tadi.”
Syerin : “Benar kamu sayang padaku,
Vin ? Tidak bohong ? Aku tidak suka dibohongi, Vin.”
Vino : “Jika aku berbohong padamu
sedikitpun, kamu boleh menganiayaku.”
Syerin : “Mmm, kalau begitu, kita
harus kembali ke Paman, dan kepada orangtuaku di kampung.”
Vino : “Baiklah. Sekarang juga ayo
kita kesana.”
Ternyata Vino memang benar-benar jatuh
cinta pada Syerin. Bukan cinta sembarang cinta, cinta yang tulus
datang dari dalam diri Vino yang cabul itu, tapi dia akan berubah.
Mereka pulang menemui orangtua Syerin.
Setelah menjelaskan panjang lebar akhirnya orangtuanya merestui
hubungan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar